Selasa, 28 Desember 2010

Realitas Di Balik Kamera

Fotografi Jurnalistik: "MENGEKSKUSI REALITAS DARI BALIK KAMERA"
Oleh Iskandar Zulkarnaen

SEJARAH

Awalnya, foto-jurnalistik atau jurnalistik foto hanyalah sebagai foto pendukung pada sebuah perusahaan penerbitan.
Pada akhirnya, Fotojurnalistik bukan sekedar pelangkap namun berkembang pesat dan mampu menjadi sebuah foto berita secara  mandiri yang bisa menggonyang dunia.

Di dunia sejarah penggunaan teknik fotografi dalam media cetak baru terjadi pada akhir abad 19. Pada edisi tanggal 4 Maret  1877, surat kabar New York Daily Graphic di Amerika Serikat memunculkan foto buah karya Henry J. Newton. Foto hitam putih  yang menggambarkan pesona tambang pengeboran itu adalah foto perdana di dunia yang diterbitkan pada suatu media cetak.  Sejak itu penggunaan foto sering kali menjadi pelengkap berita di dalam koran.

Di Indonesia foto jurnalistik pertama oleh Alex Mendur (1907-1984) yang bekerja sebagai kepala foto kantor berita Jepang  Domei, dan adiknya Frans Soemarto Mendur (1913-1971), mengabadikan peristiwa pembacaan teks Proklamasi kemerdekaan republik  Indonesia dengan kamera Leica. Pada saat itulah pada pukul 10.00 WIB pagi tanggal 17 Agustus 1945 saat dilaksanakan upacara  pengibaran bendiri di Pegangsaan Timur, Jakarta foto jurnalis Indonesia lahir. Sejak reformasi tahun 1998, fotojurnalistik  di Indonesia terus tumbuh, seiring kebebasan pers Indonesia.

Nama-nama jurnalis foto ternama antara lain, Robert Capa, Henry Cartier-Bresson, dan W. Eugene Smith. Bagi pencinta  fotografi jurnalistik, nama James Nachtwey sangat populer karena secara spesifik, dia menjadi fotografer perang yang  antiperang.
Karya-karya spektakulernya mengilhami banyak fotografer muda untuk mengikuti jejaknya. Karyanya berbicara tentang manusia  dengan penderitaan hingga kepedihan di garis depan dan belakang. Dia menghabiskan 25 tahun dalam wilayah perang dan konflik  di seluruh dunia. Kesederhanaan dan sikap santunnya memberi inspirasi bagi semua orang.


BATASAN

Pengertian mendasar sebuah karya foto, seperti karya tulis yang ditampilkan karena ada sesuatu maksud atau pesan yang ingin  disampaikan.

Hal ini sesuai arti fotografi dari bahasa latin, "photo" yang artinya cahaya, "graphoo" menulis atau/melukis. Jadi,  fotografi punya kepentingan dan maksud.

Jurnalistik foto merupakan sebagian dari ilmu jurnalistik (komunikasi). Jurnalistik foto adalah "ilmunya", sedangkan foto  jurnalistik adalah "hasilnya".

Foto jurnalistik adalah karya foto "biasa" tetapi memilki nilai berita atau pesan yang "layak" untuk diketahui orang banyak  dan disebarluaskan lewat media massa.

Ada beragam definisi tentang foto jurnalistik (Inggris : photo journalism) yang disampaikan para pakar komunikasi dan  praktisi jurnalistik. Namun secara garis besar, menurut Guru Besar Universitas Missouri, AS, Cliff Edom, foto jurnalistik  adalah paduan antara gambar (foto) dan kata.

Jadi, selain fotonya, foto jurnalistik juga harus didukung dengan kata-kata yang terangkum dalam kalimat yang disebut  dengan teks foto / caption foto, dengan tujuan untuk menjelaskan gambar dan mengungkapkan pesan atau berita yang akan  disampaikan ke publik. Jika tanpa teks foto maka sebuah foto hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa  informasi dibaliknya.

foto jurnalistik adalah sebuah karya dalam bentuk visual/foto yang berisi informasi atau mempunyai nilai berita serta  disebarluaskan secara umum kepada khalayak melalui media massa.

Seorang fotografer yang bekerja untuk Majalah Time, John Stanmeyer berpendapat, “fotojurnalistik adalah fotografi  kebenaran, yang merupakan fotografi berkekuatan lebih besar yang bisa saya bayangkan atau yang saya buat,”.

Wilson Hick redaktur senior majalah ‘Life’ (1937-1950) dalam buku World and Pictures (new York, Harper and Brothers, Arno  Press 1952, 1972), foto jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan.

Henri Cartier-Bresson, salah satu pendiri agen foto terkemuka di dunia Magnum yuang terkenal dengan teori ‘Decisive Moment’  — menjabarkan, “foto jurnalistik adalah berkisah dengan sebuah gambar, melaporkannya dengan sebuah kamera, merekamnya dalam  waktu, yang seluruhnya berlangsung seketika saat suatu citra tersembut mengungkap sebuah cerita.”

Menurut fotografer senior Perum LKBN ANTARA Oscar Motuloh "Fotojurnalistik adalah suatu medium sajian informasi untuk  menyampaikan beragam bukti visual atas berbagai peristiwa kepada masyarakat seluas-luasnnya secara cepat".

Dalam buku serial Photojournalistic yang diterbitkan oleh Time Life diungkapkan bahwa; Sementara foto-foto yang dihasilkan  oleh para wartawan foto seperti yang kita lihat di media massa adalah pers foto (foto berita) yang penekanannya pada  perekaman fakta otentik.

Misalnya foto yang menggambarkan kebakaran, kecelakaan, pengusuran dsb. Foto-foto itu, ingin menceritakan sesuatu yang pada  gilirannya akan membuat orang tersebut bertindak (feedback). Foto jurnalistik ini disiplinnya lebih banyak membicarakan  hal-hal yang berkaitan dengan pengaruh imaji tersebut bagi pemerhatinya.

Jadi, dari berbagai difinisi di atas, menurut persepsi saya maka foto jurnalistik adalah "mengekskusi peristiwa di balik  kamare yang dilengkapi dengan keterangan/caption".


FOTO JURNALISTIK, FOTO DOKUMENTASI DAN FOTO ARSTISTIK

Penjelasan foto dokumentasi dalam kategori fotografi memiliki pengertian sendiri yang ruang lingkupnya lebih sempit atau  bersifat personal. Misalnya, kegiatan pribadi dan keluarga. Namun, foto dokumentasi dalam konteks yang luas memiliki  pengertian bahwa semua foto yang merekam fakta dan menjadi bagian sejarah pada akhirnya juga merupakan foto dokumentasi.
Sebab, semua foto akan menjadi dokumen. Pemahaman tersebut membuat foto dokumentasi memiliki batasan yang lebih luas. Foto  dokumentasi tidak merujuk pada foto acara atau kepentingan pribadi. Jadi, foto jurnalistik pun menjadi bagian dari foto  dokumentasi.

Dalam foto jurnalistik, ada dua macam peristiwa yang menjadi fokus pengambilan gambar. Pertama, peristiwa yang terjadi  tanpa diduga. Kedua, foto terencana. Foto terencana bagi jurnalis foto profesional menimbulkan keharusan untuk melakukan  riset terhadap subjek atau fenomena yang akan difoto. Mereka harus menentukan faktor potensial sebagai bahan penunjang.

Foto jurnalistik tidak hanya bisa dilakukan wartawan foto. Siapa pun punya kesempatan yang sama untuk membuat foto  jurnalistik. Peristiwa besar yang terjadi secara tak sengaja, kadang, bisa dipotret oleh fotografer amatir atau seorang  yang kebetulan membawa kamera. Apalagi, foto jurnalistik yang bersifat daily life atau general news.

Contohnya, kejadian besar, seperti kebakaran pesawat. Saat itu, fotografer amatir kebetulan berada di tempat kejadian tanpa  kehadiran jurnalis foto. Ketika fotografer tersebut menyerahkan hasil foto ke media, foto itu menjadi foto jurnalistik.  Jika dia hanya menyimpan karya foto yang sarat dengan kaidah jurnalistik tersebut dan tidak mengirimkan ke media, foto itu  menjadi foto dokumen pribadi.

Hal tersebut tampak pada fotografer amatir bernama Virginia Schau di California, AS. Dia bisa mendapatkan hadiah Pulitzer.  Ketika berekreasi dengan beberapa temannya, dia menyaksikan sebuah truk besar yang mengalami kecelakaan di sebuah jembatan.  Seorang temannya memberi pertolongan kepada sang sopir yang akan masuk ke jurang. Sementara itu, dia menjepretkan kamera  saku Kodak Brown. Foto berjudul Keajaiban tersebut menjadikan Schau sebagai wanita pertama yang meraih hadiah Pulitzer  untuk kategori foto.

Kasus Tsunami di Aceh bisa menjelaskan bahwa hasil foto seorang amatir sangat bernilai ketika ia mengambil gambar dalam  kepanikan orang menyelamatkan diri.

Foto jurnalistik memang membuka wawasan dengan melihat kehidupan dunia dalam berbagai sisi. Tidak hanya terlihat indah  seperti halnya foto seni yang dibuat fotografer piktorialis. Sebab, bagi fotografer, foto dokumenter, khususnya  jurnalistik, menangkap kehidupan yang beragam. Orang bisa dihadirkan dalam tawa atau tangis dan gembira atau sedih. Sebuah  foto bisa bercerita tentang manusia, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam.

Jadi tidak cukup hanya menguasai teknik fotografi namun juga kemampuan visual artistik.

Fotografer juga harus menerjemahkan makna dalam konteks substansi sebuah foto. Tujuannya, foto itu tidak hanya menyenangkan  mata yang memandang. Sebab, warna dan bentuk geometrisnya menarik. Tapi, foto itu juga punya makna yang menyentuh hati dan  perasaan orang yang melihat.

Clifton Edom dalam karyanya "Photojornalism, Principles and Practices" menyebutkan, seorang pewarta foto pertama-tama  adalah seorang wartawan. Mereka harus memotret langsung di jantung peristiwa yang tengah panas-panasnya, mereka tidak bisa  menciptakan suatu foto dengan hanya mengangkat telepon. Mereka adalah mata dunia dan selalu harus bisa melihat dari dekat  apa yang terjadi dan melaporkannya.

Kesimpulan Edom diperkuat oleh pendapat dari penyunting artistik senior di Fittburg Press, Bruce Baumann, yang menyebutkan  hal terpenting bagi seorang pewarta foto adalah berpikir bahwa dia adalah seorang wartawan, yang kedua baru dia bertindak  sebagai seorang fotografer.

Dalam buku "Photojournalism, The Visual Approach" karya Frank P Hoy menyebutkan ada tiga jenjang yang baik sebagai basis  seseorang yang akan memilih berkecimpung menjadi wartawan foto.
Pertama, snapshot (pemotretan sekejap), adalah pemotretan yang dilakukan dengan cepat karena melihat suatu momen atau aspek  menarik. Pemotretan ini dilaukan dengan spontan dan reflek yang kuat. Jenjang pertama ini masih menyangkut pendekatan yang  lebih pribadi.

Kedua, fotografi sebagai hobi. Dalam tahapan ini fotografer mulai menekankan faktor eksperimen dalam pemotretannya, tidak  hanya sekedar melakukan snapshot saja. Dalam tahap ini biasanya fotografer mulai tertarik lebih jauh pada hal-hal yang  menyangkut fotografi.

Tahap berikutnya, art photography (fotografi seni), suatu jenjang yang lebih serius. Berbagai subyek pemotretan dilihat  dengan interpretasi yang luas. Ekspresi subyektif terlihat dalam karya-karya pada tahapan ini. Kejelian, improvisasi,  kreasi dan kepekaan terhadap subyek menjadi basis pada jenjang ini.
Akhirnya, photojournalism (pewarta foto) berada pada tahap selanjutnya. Artinya dalam mengemban profesi tersebut, maka  seorang pewarta foto dianjurkan menguasai dengan fasih ketiga jenjang yang telah disebut tadi.


SYARAT FOTO JURNALISTIK

Foto jurnalistik pada dasarnya adalah bercerita atau melaporkan suatu kejadian atau kenyataan dengan menggunakan medium  foto. Seperti juga pelaporan dalam bentuk tulisan, maka pada foto pun berlaku bahwa yang kita sampaikan lewat foto haruslah  jelas dan mudah dimengerti.


Jadi rumus "5W + 1H"  wajib menjadi syarat dalam setiap melakukan pemotretan,

- What … Apa

- Who …. Siapa

- Why …. Mengapa

- Where.. Dimana

- When …Kapan

- How.. Bagaimana

Foto tanpa keterangan yang lengkap bisa menjadikan foto itu tidak mempunyai arti apa-apa. Untuk sebuah foto jurnalistik  ,foto yang baik dan mempunyai isi, lebih menarik dari sekedar foto yang indah. Foto digunakan untuk mengkomunikasikan apa  yang dilihat, dicatat, dan dirasakan dan ingin dikomentari oleh pewarta foto kepada pembaca jadi syarat untuk membuat foto  berita adalah:


Aktual
Sesuai dengan prasyarat umumnya sebuah berita, subyeknya bukan merupakan hal basi, sehingga betapapun suksesnya pengambilan  sebuah foto bila tidak secepatnya dipublikasikan, sebuah foto belumlah memiliki nilai berita.

Faktual
Subyek foto tidak dibuat-buat atau dalam pengertian diatur sedemikian rupa. Rekaman peristiwa terjadi spontan sesuai dengan  kenyataan yang sesungguhnya, karena ini berkaitan dengan suatu kejujuran.

Informatif
Foto mampu tampil dan dalam lebatan yang dapat ditangkap apa yang ingin diceritakan di situ, tanpa harus dibebani oleh  sekeranjang kata. Pengertian informatif bagi tiap foto perlu ukuran khas. Sedikit berbeda dengan sebuah penulisan yang  menuntut unsur 5W + 1H dalam suatu paket yang kompak, maka dalam sebuah foto jurnalistik minimal unsur who (siapa), why  (mengapa) jika itu menyangkut tokoh dalam sebuah peristiwa. Dan keterangan selanjutnya untuk melengkapi unsur 5W + 1H  (sebagai pelengkap informasi) ditulis pada keterangan foto (caption).

Misi
Sasaran esensial yang ingin dicapai oleh penyajian foto berita dalam penerbitan, mengandung misi kemanusian – merangsang  publik untuk menghargai apa yang patut dihargai atau sebaliknya menggugah kesadaran mereka untuk memperbaiki apa yang  dianggap brengsek.

Kedekatan
Gema adalah sejauh mana topik berita berita menjadi pengetahuan umum, dan punya pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari  dalam skala tertentu. Apakah satu peristiwa atau kejadian cuma bersifat lokal, nasional, regional atau internasional.

Aktraktif
Menyangkut sosok grafis foto itu sendiri yang mampu tampil secara mengigit atau mencekam, baik karena komposisi garis atau  warna yang begitu terampil maupun ekspresif dari subyek utamanya yang amat dramatis.


KARAKTERISTIK

Oscar Motuloh dalam "Fotojurnalistik Suatu Pendekatan Visual Dengan Suara Hati" mengungkapkan karakteristik fotojurnalistik  di antaranya:


1. Dasar fotojurnalistik adalah gabungan antara gambar dan kata. Keseimbangan tertulis pada teks gambar (teks foto) adalah  mutlak. Caption atau teks foto membantu melengkapi informasi dan memahami sebuah imaji (gambar, foto) yang dibagi di  tengah-tengah masyarakat.

Sehingga keduanya antara gambar (foto) dan berita (teks) memiliki keterikatan yang tak bisa dipisahkan. Sebuah foto mampu  memberikan informasi selengkap berita apabila dilengkapi teks foto.
Berdasarkan standar IPTC International Press Telecomunication Council) teks foto harus selalu melekat di dalam foto itu  sendiri. Penulisan teks foto bisa dilakukan pengeditan gambar di dalam photoshops, dengan menuliskannya di dalam file info  yang telah tersdia.

2. Mediun fotojurnalistik biasanya disajikan dalam bentuk cetak baik itu surat kabar, tabloid, media internal, brosur  maupun kantor berita. Bahkan saat ini media online telah masuk dalam kategori ini, mengingat perkembangan multimedia yang  terus tumbuh. Selain itu penyajian fotojurnalistik juga disajikan secara jujur, bagaimana adanya, tanpa ada rekayasa dalam  penyajiannya.

3. Lingkup fotojurnalistik adalah manusia. Itu sebabnya seorang jurnalisfoto mempunyai kepentingan mutlak pada manusia.  Posisinya pada puncak piramida sajian dan pesan visual. Menurut

Dinny Soutworth menyimpulkan merangkul manusia adalah pendekatan prioritas bagi seorang fotojurnalis, karena kerja dengan  sobyek yang bernama manusia adalah segala-galanya dalam profesi tersebut.

4. Bentuk liputan fotojurnalitik adalah suatu upaya yang muncul dari bakat dan kemampuan seseorang fotojurnalis yang  bertujuan melaporkan beberapa aspek dari berita. Menurut Chick Harrity yang telah lama bergabung dengan kantor berita  Associated Press (AP), USA dan US News&World Report mengatakan, tugas seorang jurnalisfoto adalah melaporkan berita  sehingga bisa memberi kesan pada pembacanya seolah-olah mereka hadir dalam peristiwa yang disiarkan itu.
Tugas fotojunalis adalah melaporkan apa yang dilihat oleh mata kemudian merekam dalam sebuah gambar yang kemudian  disampaikan secara luas melalui media massa. Yang memberi kesan bawa pembaca (masyarakat) seolah-olah berada dilokasi  peristiwa itu.
Itu sebabnya bagi seorang fotojurnalis sangat penting memiliki kemampuan dalam melakukan perekaman yang dituangkan dalam  sebuah gambar yang dengan mudah dipahami oleh orang awam (masyarakat luas).

5. Fotojurnalistik adalah fotografi komonukasi, dimana dalam penyajiannya bisa diekspresikan seorang fotojurnalis terhadap  obyeknya. Obyek pemotretan hendaknya mampu dibuat berperan aktif dalam gambar yang dihasilkan, sehingga lebih pantas  menjadi obyek aktif.
Namun dalam perkembangannya kini fotojurnalistik juga merupakan media ekspresi seorang fotojurnalis terhadap hasil karya- karyanya setelah melakukan peliputan. Sehingga tak heran jika dalam sebuah media menyiapkan halamannya secara khusus untuk  memajang berbagai macam foto-foto hasil liputan karya fotojurnalisnya.

6. Pesan yang disampaikan dari suatu hasil visual fotojurnalistik harus jelas dan segera bisa dipahami, oleh seluruh  lapisan masyarakat. Pendapat sendiri atau pengertian sendiri tidak dianjurkan dalam fotojurnalistik, apalagi melakukan  rekayasa.
Gaya pemotretan yang khas dengan polesan rasa seni, tidak menjadi batasan dalam berkarya. Yang penting pesan yang  disampaikan dapat dikomunikasikan di tengah-tengah masyarakat.

7. Fotojurnalistik membutuhkan tenaga penyunting yang handal, berwawasan visual yang luas, jeli, arif dan bermoral dalam  menilai foto-foto yang dihasilkan oleh fotojurnalis. Seorang penyunting (editor foto) juga harus mampu membantu mematangkan  ide-ide dan konsep fotojurnalis yang melakukan liputan terhasap sebuah peristiwa. Penyunting foto juga harus mampu memberi  masukan, memilih foto agar tidak monoton, hingga melakukan pemotretan ulang terhadap foto-foto yang akan disiarkan.


8. Karena fotojurnalistik menyajikan informasi yang berakurasi tinggi, seorang jurnalis secara langsung merekam peristiwa  yang terjadi dilokasi tanpa merekayasa. Praktis karya-karya yang dihasilkan dari hasil peliputan fotojurnalis tak bisa  terbantahkan oleh kata-kata. Pada setiap event seperti bentrokan, caos, aksi demo, dsb, seorang fotojurnalis selalu berada  di garda paling depan, guna mengabadikan fakta-fakta yang terjadi melalui kameranya.


CIRI-CIRI

Selain itu fotojurnalistik juga dapat didefinisi dengan menyimpulkan ciri-ciri yang melekat pada gambar (foto) yang  dihasilkan, antara lain:

- Memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri.
- Melengkapi suatu berita/artikel.
- Dimuat dalam suatu media (cetak, online).
- Disajikan secara jujur.



KATAGORI

Menurut World Press Photo Foundation, penyelenggara lomba tahunan tentang fotojurnalistik di tingkat dunia mengelompOkkan  fotojurnalistik menjadi beberapa kategori di antaranya adalah:

Spot news
Foto-foto insidential/tanpa perencanaan sebelumnya, (contohnya: foto bencana, kerusuhan, teror bom, pembunuhan, tabrakan  kereta api, perkelahian dll).

General news
Foto yang telah terjadwal sebelumnya (contoh: Sidang Umum MPR, Piala dunia, PON, Presiden meremikan bendungan, pembukaan  pameran perumahan dll. Dalam penyajiannya lebih luas mencakup Politik, ekonomi, pertahanan, humor dsb.

People in the News
Adalah sebuah sajian foto tentang manusia (orang) yang menjadi sorotan di sebuah berita. Kecenderungan yang disajikan lebih  ke profil atau sosok seseorang . Bisa karena kelucuannya, ketokohannya, atau justru salah satu dari korban aksi teror,  kurban bom dsb.

Daily life
Tentang segala aktifitas manusia yang mampu menggugah perasaan dalam kesehariannya, lebih ke human interest. Contohnya:  seorang tua yang sedang menggendong beban yang berat, pedagang makanan dll.

Sosial & Environment
Foto yang menggambarkan tentang sosial kehidupan masyarakat dengan lingkungan hidupnya.

Art and Culture
Foto yang dibuat menyangkut seni dan budaya secara luas, seperti pertunjukkan balet, pertunjukan yang terkait dengan  masalah budaya dan musik dsb.

Science & Technology
Foto yang menyangkut perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan di muka bumi. Misalnya penemuan situs purbakala, klonning  domba, pemotretan organ tubuh, proses operasi seorang pasien dsb.

Portraiture
Foto yang menggambarkan sosok wajah seseorang baik secara clouse up maupu secama medium shot. Foto ditampilkan karena  kekhasan pada wajah yang dimilikinya.Sport : Foto-foto yang dibuat dari peristiwa olahraga dari seluruh cabang olehraga apa  saja. Baik olahraga tradisional maupun olahraga yang telah banyak dikenal oleh awam.
Dari berbagai kategori yang telah disebutkan di atas World Press Photo Foundation selalu membagi dengan jenis foto single  (foto tunggal) foto stories (foto bercerita). Seorang fotojurnalis (fotografer) diberikan keleluasaan yang lebih luas untuk  dapat memnyampaikan isu-isu yang sedang berkembang di seluruh dunia, melalui karya foto. dodo hawe, berbagai sumber.


FOTO YANG SUKSES

Batasan sukses atau tidaknya sebuah foto jurnalistik tergantung pada persiapan yang matang dan kerja keras bukan pada  keberuntungan.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada foto yang merupakan hasil dari "being in the right place at the right time". Tetapi  seorang jurnalis profesional adalah seorang jurnalis yang melakukan riset terhadap subjek,mampu menetukan peristiwa  potensial dan foto seperti apa yang akan mendukungnya (antisipasi). Itu semua sangat penting mengingat suatu moment yang  baik hanya berlangsung sekian detik dan mustahil untuk diulang kembali.

Etika, empati, nurani merupakan hal yang amat penting dan sebuah nilai lebih yang ada dalam diri jurnalis foto.

Seorang jurnalis foto harus bisa menggambarkan kejadian sesungguhnya lewat karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan  harus bisa bercerita sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari foto tersebut dan tanpa memanipulasi  foto tersebut.

Kamis, 02 Desember 2010

Skenario Besar Di Balik PON 2008

Oleh Iskandar Zulkarnaen

Sampai kini masih dipertentangkan apa sesungguhnya yang diperoleh Kalimantan Timur dalam menyelenggarankan PON XII-2008, bahkan ada yang menilai hanya menghambur-hamburkan uang rakyat, benarkan demikian ?

PON XVII Kalimantan Timur 2008 yang dibuka secara resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 5 Juli sudah bergulir separuh jalan, dan tanda-tanda ambisi tuan rumah menembus lima besar tampaknya akan sukses.

Kaltim sesuai data resmi dari PB PON XVII pada Jumat malam (11/7) sudah meraup 62 emas, 62 perak dan 57 perunggu, atau untuk sementara (PON ditutup 17 Juli) menduduki peringkat kedua setelah Jatim dengan perolehan 76 emas, 67 perak dan 51 perunggu.

Dengan perolehan itu, maka ambisi Kaltim agak bisa terwujud mengingat semula berdasarkan perhitungan "di atas kertas" dengan mengumpulkan 45 mendali emas, Kaltim sudah bisa menduduki peringkat lima besar dari sekitar 700 medali emas yang diperebutkan.

Melihat peluang Kaltim yang terus menambah pundi-pundi emasnya, maka bukan tidak mungkin hasil akhir PON itu, Kaltim bukan saja berada pada posisi lima besar, namun bisa menyodok empat atau tiga besar.

Dengan data itu, maka tekad Kaltim mencapai tri-sukses pada PON pertama di regional Kalimantan sudah tercapai, yakni sukses prestasi.

Bagaimana dengan "dua sukses" yang lain, yakni sukses penyelenggaraan dan sukses pemberdayaan ekonomi rakyat?

Mengenai sukses penyelenggaraan meskipun masih banyak kelemahan di sana-sini, namun secara umum dianggap berhasil karena tidak ada pertandingan yang dibatalkan akibat venues tidak siap.

"Kalau kita berkaca dengan PON sebelumnya, maka penyelenggaraan PON di Kaltim termasuk berhasil," kata Plh. Ketua Umum KONI Kaltim Zuhdi Yahya.

Zuhdi yang pada PON XVI Sumsel 2004 sebagai Wakil Komandan Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Kaltim merasakan bagaimana nasib sejumlah atlet, pelatih dan ofisial Kaltim "terlantar" saat di Palembang 2004 karena rumah yang disediakan panitia ternyata tidak memiliki tempat tidur/kasur dan air bersih.

Bahkan, pada partai puncak final sepakbola terjadi insiden memalukan sepanjang perjalanan multi-event itu gara-gara stadion utama tidak memiliki lampu penerangan untuk pertandingan malam hari saat pertandingan ada penambahan waktu karena hasil draw (1-1). Hasilnya, lahir juara bersama antara Papua dan Jatim karena keduanya tidak hadir saat pertandingan dilanjutkan.

Bagaimana dengan sukses pemberdayaan ekonomi rakyat? Sukses terakhir ini jarang sekali disinggung oleh pemberitaan pers, bahkan cenderung "terlupakan" di tengah gemuruh pesta akbar olahraga nasional itu.

Namun, tanpa ada kritikan tajam dari pers maupun pengamat ekonomi, ternyata sukses pemberdayaan ekonomi rakyat berjalan terlebih dahulu sebelum tercapainya sukses penyelenggaraan dan sukses prestasi.


Sejak Ditetapkan

Sukses pemberdayaan ekonomi rakyat sudah terasa sejak Kaltim secara resmi ditetapkan sebagai tuan rumah PON sesuai persetujuan dari Presiden Megawati yang kemudian diikuti dengan SK KONI Pusat No. 52 Tahun 2002 tanggal 8 Juli 2002 tentang Penunjukan Kaltim sebagai tuan rumah PON XVII-2008.

Begitu Kaltim ditetapkan secara resmi sebagai tuan rumah PON, investor berlomba-lomba membangun hotel, restoran dan fasilitas umum lain menunjang PON. PB PON didukung Pemprov dan DPRD Kaltim segera menyusun anggaran untuk membuat sejumlah venues.

Pembangunan sejumlah venues pada sejumlah lokasi yang dulunya sepi bahkan kawasan hutan (seperti di Stadion Utama Palaran Samarinda Seberang) telah berubah menjadi kawasan pertumbuhan baru dengan terbukanya akses jalan beraspal mulus.

Harga tanah di sekitar kawasan venues meningkat karena ada akses jalan, dan peluang usaha terbuka bagi warga setempat untuk membuka penginapan, warung dan toko. Lahan-lahan tidur sekitar venues kini digarap warga setempat karena sudah ada akses jalan untuk memudahkan mereka dalam memasarkan hasil pertaniannya.

"Dampak bagi pemberdayaan ekonomi rakyat sudah terasa ketika Kaltim ditetapkan sebagai tuan rumah PON," kata salah seorang pengusaha di Kaltim yang juga mantan atlet Pra PON Kaltim 1984, Hermanto.

Mantan pemain voli junior terbaik Kaltim pada 1980-an itu mengaku bahwa kemajuan perekonomian Kaltim luar biasa setelah ditetapkan menjadi tuan rumah PON.

"Kemajuan paling terasa adalah terbukanya kawasan permukiman baru di sekitar venues, baik di Samarinda maupun di lima kota penyelenggara lainnya. Jadi benar dikatakan, bahwa transportasi adalah urat nadi perekonomian rakyat, dengan terbukanya kawasan baru maka mendorong perkembangan ekonomi di sekitarnya," kata Hermanto.

Hal itu diakui Walikota Tarakan Yusuf Serang Kasim yang merasakan langsung dampak ekonomi dari PON tersebut.

"Pemkot Tarakan bahkan untuk sementara terpaksa menghentikan izin untuk membangun hotel karena menjamurnya hotel di kota ini dalam menyambut PON, yakni mencapai 30 hotel dan kami anggap sudah mencapai titik jenuh," katanya.

Ia membantah bahwa hotel-hotel yang dibangun untuk menyambut PON itu akan sepi hunian pasca PON, terbukti bahwa hotel tersebut umumnya dibangun dua tahun sebelum pelaksaan event tersebut namun terbukti tingkat huniannya ideal.

Sejarah mencatat bahwa apa yang dicapai Kaltim saat ini tidak terlepas dari peranan mantan Gubernur Kaltim H Suwarna Abdul Fatah yang kini menjalani masa hukuman terkait korupsi lahan sejuta hektare, yang ditangani proses hukumnya oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

Terlepas dari persoalan hukum korupsi lahan sawit sejuta hektare, Suwarna menjadi tokoh sentral dalam membangun Kalimantan Timur selama delapan tahun terakhir.


Trilogi Pembangunan

Suwarna yang sebelumnya menduduki jabatan sebagai Wakil Gubernur Kaltim merasakan sekali tentang kebenaran istilah "Kaltim kaya tapi miskin". Dengan nilai PDRB saat itu sekitar Rp80 triliun (1990-an) maka Kaltim tercatat sebagai provinsi terkaya nasional, namun jumlah desa miskinnya hampir 70 persen dari 11.000 desa di Kaltim.

Keterbelakangan desa itu salah satu faktor penyebabnya adalah kelemahan infrastruktur perhubungan. Persoalan itu dilihat Suwarna dengan mata kepala sendiri saat sering ke lapangan karena sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya sebagai Wakil Gubernur Bidang Pengawasan dan Pembangunan.

Begitu mendapat amanah sebagai Gubernur Kaltim 1998-2003 ia segera membuat konsep pembangunan untuk melepaskan tiga masalah utama di Kaltim yang kemudian melahirkan skenario besar melalui program "Trilogi Pembangunan", yakni Pembenahan Infrastruktur, Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), dan Pengembangan Pertanian Dalam Arti Luas.

Dari program itu, secara bertahap Lintas Kalimantan di Kaltim untuk poros utara, poros tengah dan poros selatan terbuka. Misalnya, perjalanan Samarinda-Bulungan yang dulunya harus melewati jalan-jalan HPH (Hak Pengusahaan Hutan) dicapai selama 10 hari, kini bisa dilalui sekitar 12-15 jam.

Ia bertekad merebut status tuan rumah PON XVII-2008 karena sejalan dan selaras dengan program Trilogi Pembangunan. "Kini masyarakat bisa merasakan sendiri bahwa PON telah menjadi lokomatif pembangunan di Kaltim yang sejalan dengan Trilogi Pembangunan itu," katanya.

Dari sisi peningkatan SDM, PON di Kaltim tidak saja melahirkan banyak atlet berbakat serta transfer ilmu dari atlet mutasi, namun Menpora sudah menyetujui pembangunan Sekolah Olahraga pada 2009 di Samarinda, artinya kiblat olahraga yang dulunya hanya fokus di Pulau Jawa kini sebagian beralih ke Kaltim.

Dari sisi pembangunan, khusus di Samarinda kini akan memiliki sedikitnya enam mal, puluhan hotel berbintang dan melati dengan fasilitas bintang serta berhasil dibangunya megaproyek yang menjadi "landmark" Kota Samarinda, yakni masjid megah Islamic Center yang disebut-sebut terbesar di kawasan Asean (7,5 Ha).

Selain sebagai alat perekat bangsa, agaknya PON yang menjadi bagian dari skenario besar untuk menuntaskan masalah "klasik Kaltim", yakni kelemahan infrastruktur, tertinggalnya SDM serta kurang optimalnya pemanfaatan potensi pertanian, kini telah menunjukkan kemajuan sangat signifikan.

Mengenang Oemar Dahlan, "Wartawan Lima Zaman"

 Oleh Iskandar Zulkarnaen

"Kemerdekaan boekan djaminan bahwa segala sesoeatoe akan mendjadi beres. Kemerdekaan sekedar memberikan kemoengkinan untuk keberesan itu. Kemoengkinan itu tidak ada dalam alam pendjadjahan".

Amanat tertulis Bung Karno yang ditorehkan di kertas buku saku wartawan Oemar Dahlan itu merupakan hasil wawancara dengan Sang Proklamator pada 17 September 1950. Wawancara tersebut kemudian diterbitkan di halaman depan salah satu koran besar di Kalimantan Timur kala itu, "Masjarakat Baru".

Wawancara langsung dengan Bung Karno saat itu berlangsung di Pelabuhan Samarinda, saat Sang Proklamator akan meninggalkan Samarinda menggunakan pesawat Catalina yang bertambat di Sungai Mahakam akan menuju Balikpapan.

Selain melakukan wawancara, ia sempat meminta, agar Bung Karno menuliskan satu kalimat yang akan menjadi amanah bagi warga Kalimantan Timur (Kaltim) yang akan ditampilkan di halaman depan koran tersebut.

Sebelum kemerdekaaan, sebagai wartawan muda, Oemar sudah ikut dalam berbagai pergerakan menuntut kemerdekaan Indonesia.

Namun, tokoh yang dikenal sebagai "dian tidak pernah padam" itu pada Sabtu (6/9) pukul 14:00 Wita menutup mata dalam usia 95 tahun. Ia meninggalkan istri, lima anak, tujuh cucu dan satu cicit. Jenazahnya disemayamkan di rumah duka Jalan AM Sangaji Gang 9, dan dikebumikan keesokan harinya.

"Kami sangat kehilangan karena bukan saja almarhum adalah wartawan sejati karena tetap berkarya meskipun sudah tua namun juga dikenal sebagai pahlawan kemerdekaan," kata Ketua PWI Kaltim, Ir. H. Maturidi.

Setelah sakit, tokoh pers Indonesia dan pejuang kemerdekaan itu meninggal dunia di Samarinda. Ia juga meninggalkan sejumlah dokumen dan hasil karya jurnalistik pada hari-hari terakhir di usianya yang ke-95 tahun.

Segenap insan pers Kaltim merasa kehilangan, karena pria kelahiran Samarinda 1913 itu tercatat sebagai wartawan paling senior yang masih berkarya sampai usianya 95 tahun sehingga ia dikenal juga sebagai "wartawan lima zaman", dari zaman perjuangan melawan Belanda, Jepang, Proklamasi Kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru sampai Era Reformasi.

Sebelum meninggal, ia masih menghasilkan sejumlah karya serta mengkritisi berbagai persoalan politik dan sosial di tanah air. Padahal, kondisi kesehatannya kian memburuk.

"Tampaknya perjuangan masih panjang, alam reformasi justru tidak menuju titik yang diidamkan para pejuang kemerdekaan namun malah membuat bangsa kian terpuruk," katanya sempat mengkritisi awal bergulir reformasi tahun 1999.

Ia mengkritik sejumlah program yang sebenarnya bagus pada Orde Baru namun dianggap salah pada Era Reformasi sehingga berbagai kegiatan yang dinilainya bermanfaat "diberangus" oleh pemerintah yang berkuasa.

Misalnya, program Pos Yandu yang menjadi ujung tombak bagi Pemerintahan Presiden Soeharto dalam meningkatkan taraf hidup kesejahteraan dan kesehatan rakyat tidak berjalan selama Era Reformasi.

Namun, yang terjadi kemudian, kasus kurang gizi dan folio yang sempat "hilang" di bumi Indonesia pada Orde Baru kemudian menjadi kasus "mewabah" pada Era Reformasi. Saat menyampaikan kritikan itu, usianya sudah 90-an tahun.

Bagi yang mengenal dekat sosok Oemar Dahlan, kritikan seperti itu bukan hal yang baru karena perjuangannya dalam menyampaikan sesuatu yang dianggap benar sudah dijalani sejak era perjuangan kemerdekaan.

Ia terlibat berbagai pergerakan dalam membebaskan diri dari penjajah meskipun bukan secara fisik memanggul senjata namun melalui tulisan-tulisannya di berbagai media massa kala itu.

"Oemar Dahlan juga dikenal sebagai sahabat karib mantan Wapres, almarhum Adam Malik yang ketika itu sama-sama mendirikan Partai Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia) sebagaimana diakui oleh Adam Malik dalam suratnya tertanggal 23 Pebruari 1981 yang menyatakan bahwa Oemar Dahlan adalah salah seorang pendiri dan penegak partai Gerindo untuk daerah Kalimantan," kata Maturidi.

Berbagai pergerakan menantang penjajah ia ikuti sehingga Pemerintah Belanda pernah membujuk Oemar agar mau "menyeberang". Ia ditawarkan duduk dalam delegasi Kalimantan Timur ke Konferensi "Bizonder Federal Overleg" (BFO) di Bandung pada 1948.

Namun, Oemar muda secara tegas menolaknya karena tahu maksud Belanda dalam BFO itu untuk membungkam pergerakan melalui politik pecah belah untuk membuat negara federasi.

Di zaman Pemerintahan Belanda, Oemar, karena tulisannya memperjuangkan kemerdekaan, pernah dua kali menghadapi delik pers dan didenda 75 gulden, yakni saat sebagai Redaktur harian "Pewarta Borneo" pada 1935 dan saat menjadi "Hoofdredacteur" (Pimred) "Pantjaran Berita" (koran nasional) pada 1940.

Bila tidak dibayar denda itu, maka ia menggantikan dengan hukuman tiga bulan kurungan. Vonis Landtaat Samarinda dijatuhkan pada 1 April 1940.

Tiga kali Oemar naik banding (revisi) ke Raad Van Justitie (RVJ) di Surabaya namun vonis RVJ memperkuat vonis Landraat Samarinda pada 5 Juli 1940 No. 440/R/Ia, Oemar terpaksa bersusah payah mencari uang sampai menjual harta benda untuk membayar denda 75 gulden karena gajinya sebagai Pimred koran nasional "Pantjaran Baru" hanya 15 gulden.

Pembayaran denda peradilan Penjajah Belanda itu dibuktikan dengan selembar kwitansi tanggal 30 Juli 1940 yang menjadi "zimat" yang sebelumnya selalu dibawa kemana-mana selama 60 tahun.

Oemar muda adalah sosok pemuda simpatik agresif dan patriotik. Dia sangat menentang penjajahan Belanda dan ikut dalam berbagai pergerakan.

Dalam melakukan aksi menentang dengan selalu mengobarkan semangat rakyat tidak selalu melalui tulisan, namun kadang-kadang melalui pertunjukan tonilnya, atau pembacaan puisi puisi dari panggung ke panggung. Selain itu dia aktif pula bekerja di surat kabar baik yang terbit di Kalimantan maupun tanah Jawa.

Tokoh ini lahir dari seorang bapak yang bekerja sebagai juru mudi kapal. Pendidikan formal hanya di HIS selama 3,5 tahun.

Ia putera pertama dari delapan bersaudara dari Dahlan dan Kamaraiah. Ayahnya yang menahkodai kapal Jepang Mudjimaru, sebuah kapal peninggalan Belanda yang semula bernama Andries. Kapal itu tenggelam bersama seluruh awaknya karena diterjang peluru terpedo tentara Australia di Laut Sulawesi karena menyangka itu milik tentara Jepang.

Dalam hidupnya Oemar Dahlan pernah mendapat penghargaan dari Komando Resort Kepolisian 1402 Samarinda tahun 1975 sebagai wartawan teladan.

Dari rektor Unmul pada tahun 1980, Dari Pimpinan Pusat Legiun Veteran (LVRI) Jakarta pada tahun 1982 sebagai Veteran Pejuang Kemerdekaan.

PWI dan Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) Kalimantan Timur mengukuhkannya sebagai wartawan teladan di tahun 1985, dan dari Dewan Pimpinan Daerah Golongan Karya (DPD Golkar) Kaltim tahun 1986, serta Walikota Samarinda pada 1987 memberinya anugerah selaku Tokoh Pers dan Tokoh Masyarakat Samarinda.

Penghargaan lain yang diterimanya adalah Satya Lencana Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Jakarta pada 1989, Tokoh Masyarakat Kaltim 1990 dari Gubernur dan DPRD Kaltim, Medali Perjuangan Angkatan '45 dari Dewan Harian Nasional (DHN) Angkatan 45 Jakarta pada 10 Nopember 1990, serta Tokoh Pers Kaltim 1993 dari Gubernur Kaltim.

Penghargaan yang diterima Oemar Dahlan adalah pengakuan akan keberadaan dan perbuatannya baik disaat menegakkan kemerdekaan maupun pada zaman pembangunan.

Silih berganti zaman bagi Oemar memperkuat keyakinannya untuk membela kebenaran melalui penanya, bahkan setelah kemerdekaan ia pun rela melepaskan jabatan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Penerangan lantaran merasa kebebasannya menulis terkungkung.

Pada suatu ketika, Oemar juga pernah berkata, "Menjaga dan memelihara kemerdekaan itu adalah sesuatu tantangan yang tak gampang." Saat meninggal dunia, ia masih mendiami rumah sederhana tanpa adanya perabot mewah.

Catatan Perjalanan PON 2008 Kalimantan Timur



Oleh Iskandar Zulkarnaen

Suatu siang yang cerah, sinar matahari menerobos masuk melalui sela-sela tiang-tiang beranda depan salah satu sudut di GOR Segiri Samarinda yang “disulap” menjadi warung kopi sehingga menerpa wajah seorang pria tegap yang tampaknya tidak terganggu dengan hal itu.

Agaknya, H. Harbiansyah Hanafiah lebih asik dalam lamunannya sehingga teriknya matahari itu kurang mengganggunya meskipun sebagian pelanggan setia “Warung Sugeng” satu-satu pindah untuk mencari tempat lebih teduh.

Tidak lama kemudian, Pak Haji (begitu pria tersebut biasa dipanggil) akhirnya berdiri dan menarik kursinya ke tempat lebih nyaman, entah karena mulai merasakan panasnya sengatan matahari atau ia berhasil menemukan jawaban dari lamunannya.

“Kita harus memiliki banyak stadion lebih megah dan refrensitatif, Kaltim punya uang kenapa itu tidak kita pikirkan. Satu-satunya cara adalah Kaltim harus menjadi tuan rumah PON XVII-2008,” kata suami dari Hj. Sri . Riwayati (Cipit) kepada sejumlah pelanggan yang semuanya adalah sahabat Haji Harbiansyah di Warung Kopi Sugeng.

Sejumlah temannya mulai memahami kenapa pria yang dikenal sebagai pengusaha perkayuan dan "Big Bos" PS Pusam (Putera Samarinda) yang biasanya suka bercanda sempat tenggelam dalam lamunan, termasuk H. Zulkarnain yang saat itu masih aktif sebagai wartawan sebuah harian di Kaltim.

“Kita bangun, waktu masih panjang, yang terpenting kita rebut dulu status sebagai tuan rumah,” kata pria kelahiran Samarinda 26 Januari 1948 tegas menjawab pertanyaan salah seorang rekan yang meragukan hal itu, pada tahun 2000.

Dari sekedar ide dari warung kopi dan ngobrol santai itu agaknya menjadi obsesi besar dari seorang Haji Habiansyah. Ide besar itu sempat hilang beberapa saat karena kesibukannya sebagai pengusaha dan pengurus serta pemilik SBB Pusam, Panjat Tebing dan Gulat.

Namun, setiap melihat tim anak asuhnya berlatih di Lapangan Sepak Bola Segiri Samarinda, ide untuk menggelar PON itu terus membuatnya resah.

Apalagi melihat kondisi lapangan Sepak Bola Segiri Samarinda yang cukup memprihatinkan karena tribunnya dirancang dari trap ulin. Padahal banyak daerah di Indonesia yang lebih “miskin” dari Kaltim namun memiliki stadion yang lebih reprensitatif.

Pada awal tahun 2000-an itu pikirannya terganggu dengan persoalan itu, apalagi semangat untuk membangkitkan dunia olahraga di Kaltim terus menggelora.

“Saya sendiri pernah mendengarkan ucapan langsung dari Pak Haji (Harbiansyah) mengenai keinginan agar Kaltim menjadi tuan rumah PON dengan alasan Kaltim akan bisa memiliki stadion megah apabila bisa menggelar event itu,” kata Tommy Ermanto, bidan yang melahirkan asosiasi seporter Kaltim “Pusamania”.

Tommy menceritakan sering mendengar keresahan Harbiansyah agar Kaltim bisa menjadi tuan rumah PON saat bertandang ke mes Pusam di Jalan Gatot Subroto.
Mes Pusam saat itu menjadi rumah kedua bagi pencinta sepakbola karena di sana bisa berkumpul sambil makan-makan yang disiapkan langsung oleh istri H. Harbiansyah.

Tommy juga mengaku bahwa sempat mendengar bahwa Achmad Amin sempat "ngeper" (bimbang) dengan ajakan Harbiansyah untuk menggelar PON "Wah, 'ganal' dananya itu dari mana uangnya," kata Tommy meniru ungkapan walikota Samarinda.

"Yang paling membuat saya salut, Pak Haji bukan hanya menyumbang tenaga dan pemikiran namun juga dana bagi perkembangan olahraga di Kaltim," imbuh dia.

Tommy yang kini dikenal sebagai salah seorang pendiri asosiasi seporter sepakbola "Pusmania" menyatakan salutnya atas keperdulian seorang Haji Harbiansyah terhadap pengembangan olahraga di Kaltim, termasuk persepakbolaan.


Awalnya, sekitar 1994 adalah era penting bagi pondasi persepak bolaan Samarinda karena terbentuklah PUSAMANIA dan SSB Putra Samarinda (PUsam) dan nama Ps. Putra Mahakam berubah menjadi Ps. Pusam.

Kala itu, di Stadion segiri tiap sore selalu ramai masyarakat yang menonton tim Putra Samarinda latihan, di antaranya adalah Tommy Ermanto, Gusti Faisal, H. Andang, Adi Karya SE Misnadi alias Budi, H Iskandar, (Alm) Ramli, SH (Dosen Untag), Syaiful Anwar yang merupakan "bidan" melahirkan Pusamania.

Terbentuknya Pusamania dan SSB PUSAM mendapat dukungan penuh dari para petinggi Sepak Bola KalTim , diantaranya H Harbiansyah H ("Big Boss" Putra Samarinda), (Alm) Lamtana (Sekum Pengda PSSI) dan Bp. H A Waris Husain (Walikota Samarinda waktu itu).

Bagi mereka berdirinya Pusamania dan SSB Pusam diharapkan memberikan terobosan baru bagi peningkatan prestasi persepak bolaan di Samarinda.


Tidak bisa dipungkiri bahwa gelora semangat olahraga lahir dari persepakbolaan, dengan kehadiran tim devisi utama di Samarinda. Kini asosiasi seporter di Kaltim, termasuk Pusam siap memberikan dukungan bagi tim PON Kaltim berlaga pada multi-event itu.


“Harus diakui bahwa keinginan awal menggelar PON agar Kaltim memiliki sejumlah stadion yang refrensitatif untuk pertandingan devisi utama. Kala itu, kita memiliki tim tangguh Pusam namun kadang-kadang mengalami hambatan baik dalam berlatih maupun bertanding akibat faktor lapangan dan stadion yang kurang baik," katanya.


"Selanjutnya pertimbangan lain adalah keinginan Keinginan agar fasilitas olahraga serta perekonomian Kaltim bisa sejajar dengan berbagai daerah di Indonesia yang sudah maju, khususnya bisa mengalahkan Makkasar,” imbuh putera dari H. Hanafiah dan Siti nursyiah itu.

Terobsesi dengan hal itu, ia menilai bahwa butuh dukungan pemerintah maupun DPRD dalam mewujudkan keinginan tersebut.

Mula-mula, ia sampaikan ide tersebut kepada sahabat karibnya yang memiliki jabatan penting pada pemerintahan di Kaltim, yakni Waklikota Samarinda, H. Achmad Amin.

Walikota Samarinda, Achmad Amin selama ini dikenal sebagai tokoh yang sangat perduli dengan dunia olahraga.

“Terus terang saya terjun secara total dalam dunia olahraga, awalnya karena dibawa oleh Achmad Amin sebagai pengurus sepakbola,” kata ayah dari Erwin Dwi Budiawan, Dimas Rhaditya, Heydi Prahara kusumwanti dan Ayu Anugrahaning Pamungkas itu.

Achmad Amin yang saat itu Wakil Ketua Persisam pada 1980-an yang mengajak dirinya terjun sebagai menejer sepakbola.


Sebagai tokoh yang sangat perduli dengan dunia olahraga, ide Harbiansyah itu disambut positif oleh Walikota Samarinda, Achmad Amin.

Setelah melakukan pembicaraan cukup panjang, keduanya sepakat untuk menyampaikan ide itu kepada Gubernur Kaltim, H. Suwarna, AF.

Keduanya kemudian menghadap Gubernur Suwarna. Semula, Suwarna sempat ragu akan hal itu dengan pertimbangan dana cukup besar Namun, H. Harbisnyah dan Achmad Amin berhasil menyakinkan Suwarna.


Setelah yakin mendapat dukungan penuh dari Suwarna, H Harbiansyah mengkontak pihak konsultan bangunan, Purnomo yang juga sahabatnya untuk menghitung biaya untuk menggelar PON di Kaltim dengan melibatkan enam kabupaten dan kota, yakni Samarinda, Balikpapan, Sangatta, Bontang, Tenggarong dan Tarakan.

Dari hasil perhitungan Purnomo, maka semula untuk menggelar PON pertama di regional Kalimantan itu butuh dana hanya Rp720 miliar dengan rincian dibagi dalam enam tahapan (enam tahun) untuk enam daerah, sehingga butuh dana sekitar Rp20 miliar per daerah per tahun.

“Saat itu, perhitungan konsultan tersebut tidak untuk membangun stadion megah seperti saat ini,” katanya.

Jauh sebelum ide melaksanakan PON tersebut, Harbiasyah memiliki andil dalam menetapkan lahan untuk pembangunan komplek Stadion Madya di Sempaja Samarinda.

“Idenya sama, saya sangat prihatin melihat Kaltim yang kaya namun minim memiliki fasilitas olahraga yang reprensitatif,” katanya.

Pertama kali melemparkan ide agar Kaltim memiliki gedung olahraga megah di Sempaja Samarinda kepada Gubernur Kaltim saat itu, yakni H.M. Ardans ia sempat juga tidak mendapat dukungan.

“Ikam (kamu) ini mengolah gawian (menambah pekerjaan) saja,” kata Ardans saat itu dengan logat Bahasa Banjar saat kental saat itu menyampaikan ide tersebut.


Namun, ia berhasil menyakinkan bahwa salah satu tugas seorang gubernur adalah memajukan semua sector kehidupan termasuk olahraga karena terkait dengan masalah kesehatan dan kesejahteraan rakyatnya.

Ardans kemudian memerintahkan Sekprov (saat itu disebut Sekda --sekretaris daerah), Saleh Nafsi untuk merealisasikan hal itu.

Bersama dengan sejumlah pejabat dan anggota dewan antara lain, Achmad Rijani (Kepala Biro Ekonomi), Syarifuddin Gairagh dan Jimnny Natta (anggota DPRD) mulai membahas masalah pembebasan lahan untuk pembangunan stadion olahraga di Sempaja.


TOKOH WARNAI OLAHRAGA KALTIM

Sebelum menjadi tuan rumah PON, di Kaltim tercatat sejumlah nama yang dikenal ikut membesarkan nama Kaltim di bidang olahraga pada level nasional, baik dari olahragawan maupun sebagai pembina, antara lain sejumlah pemain sepakbola dari keluarga Adji Alex, khusus pembina olahraga YOs Soetomo, MUklis Ami, Lamtana, Said Muksin, Syaifuddin Yos (Persisam dan Persiba), Saleh Basire (gulat), Tono Gurungan atau dikenal dengan panggilan "Ko Cen" (bulu tangkis) Dick Ricard, Karsono (Taekwondo), Popo Parulian, Ronald Lolang dan Luther Kombong (Tinju).

Dari keluarga Alex bersaudara itu, lahir lima orang pemain sepakbola handal yang ikut mewarnai persepakbolaan Kaltim. Bahkan, salah satunya menjadi pemain nasional memperkuat Tim Merah-Putih Garuda, Adji Ridwan Mas.

Bermarkas di kawasan Kinabalu Samarinda, maka dari lokasi ini lahir sejumlah pemain yang ikut mengangkat nama Kaltim di tingkat nasional.

Dari dunia sepak bola, maka geliat olahraga di Kaltim terus berkembang, misalnya melalui sentuhan dingin ketua Umum Persisam Putra, Achmad Amins, Samarinda berhasil menorehkan sejarah sepakbola di Kaltim. Belum pernah ada kesebelasan dari propinsi ini yang meraih juara nasional di segala level kompetisi.

Namun, pada 21 September 2006, di stadion Madya Sempaja, tim Persisam U-23 mencatat sejarah menjadi "jawara" kompetisi Sepakbola Nasional U-23 setelah mengalahkan Persiba Bandung, 2-0.
Di Persisam, Amins merintis karir organisasi sejak tahun 1983 dengan menjabat sebagai sekretaris, kemudian ketua III (1987-1980), ketua PS Pusam (1994) dan sekarang menjabat ketua umum Persisam Putra.

Tak sedikit pengorbanannya, Amins juga pernah menggadaikan perhiasan emas istrinya (Hj Aminah Amins) untuk membiayai tim sepakbola Persisam di tahun ’80 an. “Waktu Haji Harbian duluan berada di Bandung membawa Persisam. Karena kehabisan dana, saya diminta mencarikannya di Samarinda. Lantaran kehabisan akal, saya pinjam perhiasan emas istri saya untuk digadaikan sebagai pembiayaan Persisam untuk mengikuti kompetisi dan pulang ke Samarinda,” papar Amins sambil tersenyum.

Selain sepak bola, nama Kaltim bisa dikenal berkat tangan dingin para pembina olahraga termasuk jasa mereka memperkenalkan Cabor yang belum populer di Kaltim, seperti Karsono yang "mengimpor" Taekwondo ke Samarinda pada 1980-an.

Kaltim telah menjadi kiblat nasional Cabor gulat yang tidak terlepas dari pengabdian HM. saleh Basire.

Perhatian dan keseriusannya dalam olahraga membuat Saleh Basire harus rela melanggar janji pada orangtua untuk segera menyelesaikan kuliahnya di IKIP PGRI. Ia yang mulai masuk kuliah pada tahun 1969 baru dapat menyelesaikan kuliah dan diwisuda pada tahun 1989.

Bagi pria yang mulai menekuni atlet sejak 1965–1986 dan pelatih 1979–1990 benar-benar terjun di bidang olahraga untuk mengangkat nama daerah.Semua bermula dari niatnya untuk mengangkat nama Kalimantan Timur karena sering merasa kesal bercampur sedih apabila mendengar sindiran "kalimantan tidur" oleh daerah-daerah lain di Indonesia. Apalagi Kaltim memang selalu tertinggal dalam prestasi olahraga nasional.

Saleh secara bertahap mulai membina olahraga gulat. Dibantu oleh mantan Gubernur Kaltim Alm. HM. Ardans, ia membina para pegulat yunior Kaltim. Hasilnya langsung terbukti, pada Kejurnas Gulat Kelompok Umur Yunior di Kaltim tahun 1982, Kaltim berhasil mempersembahkan medali tiga emas, tiga perak dan tiga perunggu. Inilah awal Kaltim mulai terlihat prestasi di tingkat nasional. Prestasi ini terus dipertahankan tiga tahun kemudian, Bahkan dari 11 medali emas yang diperbutkan, Kaltim berhasil meraih 10 medali emas, sungguh sebuah prestasi yang monumental.

Cita-cita ayah dari Indra Yudha dan M. Riko Pramayudi itu mengangkat nama Kaltim di kancah olahraga nasional semakin nyata pada PON XIII di Jakarta. Saat defile penutupan, nama Kaltim disebut sebagai juara umum cabang olahraga gulat. Jerih payah dan pengorbanannya selama ini tidak sia. Prestasi gulat Kaltim kembali terulang pada PON berikutnya.

Sebagai pelatih gulat Kaltim saat itu, suami dari Hj. MasnunSaleh Basire sempat mengenyam beberapa pelatihan tingkat internasional antara lain di Iran pada tahun 1979, Bagdad Iraq pada tahun 1983 dan Paris pada tahun 1986.

Kesempatan memperdalam ilmu pelatih di luar negeri ini merupakan salah satu kunci sukses Saleh Basire membina dan melatih gulat Kalimantan Timur. Kunci sukses lainnya adalah motivasi yang besar dalam diri dan kesempatan membaca buku-buku di perpustakaan tempat Saleh Basire bekerja.

Banyak penghargaan atas prestasi dan dedikasi pria kelahiran Sebakung, 18 Agustus 1948, termasuk dua kali Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) PWI Kaltim menganugerahkan SIWO AWARD sebagai pembina olahraga padanya.

Peristiwa yang paling mengharukan seumur hidup Saleh Basire adalah saat ia bisa menunaikan ibadah haji tahun 2000 lalu. Semula ia tidak pernah membayangkan bisa naik haji ke Mekkah. Biaya naik haji ia peroleh dari bonus prestasi atlet gulat Kaltim pada PON XV-2000 di Surabaya. Saleh terharu, lewat pengorbanan selama ini, Allah SWT memberi jalan menunaikan rukum Islam kelima. Saleh Basire saait ini diangkat menjadi staf ahli olahraga di Pemkab Kutai Kartanegara serta Dewan Kehormatan KONI Kaltim.

Dari jasa olahragawan dan pembina olahraga itu, termasuk Saleh Basire mungkin menginspirasikan bagi pemimpin di Kaltim juga bisa menggelar PON pertama di regional Kalimantan itu.




PERJUANGAN RAIH PON XVII-2008

- PON Sejalan Dengan Trilogi Pembangunan

Suwarna AF saat menjadi Wakil Gubernur Kaltim pada era 1990-an menyaksikan sendiri bagaimana kondisi provinsi terluas nasional itu 24.523.780 Km2 atau sekitar satu setengah Pulau Jawa dan madura yakni 11 persen dari total luas wilayah Indonesia.

Darah prajurit yang mengalir di nadinya membuat ia tidak betah kerja berlama-lama di belakang meja. Ia lebih suka turun ke lapangan untuk melihat kondisi pembangunan di Kaltim.

Bersama sejumlah staf dengan menggunakan mobil lapangan ia melakukan perjalanan yang dianggap mustahil saat itu, yakni melintasi jalan-jalan HPH dari Samarinda hingga ke utara Kaltim sekitar 600 Km hingga sampai ke wilayah Bulungan.

Beratnya medan karena melalui jalan berlumpur, menyelusuri lembah dan mendaki bukit menyebabkan perjalanan itu harus memakan waktu selama 10 hari.

Ia kadang-kadang tidak mampu menahan air mata haru melihat kehidupan warga pedalaman sepanjang jalan karena benar-benar berada di bawah garis kemiskinan.

Kehidupan nyata yang disaksikan itu menjadi tekad bagi dirinya untuk bisa mengatasi masalah sosial itu saat mendapat amanah sebagai gubernur pada 1998.

Dari pengalaman di lapangan itu, ia tahu bahwa persoalan krusial yang dialami oleh warga Kaltim adalah lemahnya infrastruktur, rendahnya sumber daya manusia (SDM) serta persoalan belum optimalnya potensi pertanian dalam arti luas, padahal Kaltim memiliki kekayaan alam luar biasa dengan lahan sangat luas.

Begitu mendapat amanah sebagai gubernur, maka pada awal masa jabatannya ia segera membahas grand-strategy untuk menuntaskan persoalan itu.

Berdasarkan kondisi riil di lapangan, maka tercetuslah tiga pilar utama untuk mengatasi masalah di Kaltim, yakni Pembenahan Infrastruktur, Peningkatan Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Pertanian Dalam Arti Luas.

Persoalannya, meskipun Kaltim salah satu penyumbang devisa terbesar nasional (kini sekitar 150 triliun) namun yang kembali ke daerah tidak sampai 10 persen.

Padahal untuk menggerakan tiga pilar utama untuk melepaskan berbagai ketertinggalan di Kaltim itu butuh dana besar.

Suwarna dengan cerdiknya mengajak sejumlah pejabat teras Bappenas dan anggota DPR-RI untuk berkunjung ke Kaltim dan melakukan safari ke kawasan pedalaman untuk melihat kehidupan warga pedalaman.

Kondisi alam yang kurang bersahabat disertai lemahnya infrastruktur menyebabkan perjalanan ke kawasan pedalaman itu menguras energi luar biasa, lebih daripada itu juga benar-benar menyentuh rasa kemanusiaan pejabat dari Jakarta yang tidak pernah melihat kehidupan dengan berbagai keterbatasan, mulai dari jalan, listrik, air bersih serta layanan kesehatan.

"Kaltim kaya namun miskin. Bahkan, tampaknya ternyata ada sebagian rakyat Indonesia yang belum menikmati arti kemerdekaan meskipun Indonesia sudah lepas dari penjajah sejak 1945 lalu," kata salah seorang pejabat teras dari Bappenas.

Melalui perjuangan itu, Suwarna berhasil menyakinkan pemerintah pusat untuk mengucurkan dana lebih besar melalui subsidi APBN sehingga secara perlahan berhasil membuka isolasi daerah baik pada Lintas Kalimantan di Kaltim untuk poros tengah (Samarinda-Kutai Kartanegara-Kutai Barat-perbatasan Kaltim-Kalteng), poros selatan (Samarinda-Balikpapan-Penajam Paser Utara-Pasir-perbatasan Kaltim-Kalsel) atau poros utara (Samarinda-Bontang-Kutai Timur-Berau-Bulungan-Malinau-Nunukan-perbatasan Kaltim-Malaysia utara). Misalnya, perjalanan darat dari Samarinda ke BUlungan yang sebelumnya 10 hari, kini bisa dicapai hanya sekitar 12-15 jam.

"Saya sangat mendukung PON di Kaltim karena sejalan dengan Trilogi Pembangunan baik di bidang Pembenahan Infrastruktur, Peningkatan Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Pertanian Dalam Arti Luas," katanya.

Contoh nyata, hotel-hotel tumbuh seperti jamur di musim hujan pada sejumlah daerah yang dinyatakan sebagai daerah penyelenggara PON.
"Kawasan pemukiman baru tumbuh di sekitar stadion yang dibangun, misalnya Sempaja dan Palaran, beberapa tahun akan datang kawasan itu akan menjadi sebuah kota kecamatan," katanya.

Secara luas, kata Suwarna, PON telah menjadi alat perekat bangsa serta akan memperkenalkan berbagai potensi Kaltim ke luar daerah baik nasional dan internasional.

Dari sisi peningkatan SDM, Kaltim bukan saja kini memiliki sejumlah olahragawan yang tidak saja berkifrah tingkat nasional juga internasional namun pada 2009 dibangun Sekolah Khusus Olahragawan yang sudah disetujui oleh Menpora sehingga dipastikan kiblat olahraga nasional sebagian berpindah ke Kaltim.

Selain stadion, Kaltim juga kini memiliki "land mark" yang menjadi kebanggaan warga setempat, yakni bangunan monumental Masjid Islamic Center.

Bagi tamu PON XVII-2008 pada 5-17 Juli tahun ini bisa menikmati wisata spiritual dengan mengunjungi dan sholat di salah bangunan monumental Kaltim, yakni Masjid Islamic Center (IC) Samarinda.

Ketua Bidang Pembangunan Infrastruktur PB PON Kaltim, Awang Dharma Bakti di Samarinda, Kamis mengakui bahwa keberadaan masjid IC jadi "kebanggaan" rakyat Kaltim pada PON pertama di regional Kalimantan itu. Tamu Kaltim pada multi-event itu bisa melaksanakan ibadah pada bangunan megah itu, khususnya sholat lima waktu.

"Sudah dibuka untuk umum. Mengingat secara teknis, proyek pembangunan masjid itu tinggal finishing atau mempercantik saja," katanya.

Ia menyebutkan bahwa masjid dengan menara setinggi 99 meter itu selama ini sudah dimanfaatkan untuk sholat magrib secara berjemaah termasuk beberapa kali sholat Idul Fitri dan Idul Adha.

Proyek pembangunan masjid yang menghabiskan dana ratusan miliar rupiah itu berdiri di atas lahan seluas 7,5 Ha dari total lahan untuk kegiatan Islamic Center seluas 12,5 Ha sehingga disebut-sebut terbesar di kawasan Asean.

"Ide besar membangun masjid itu disampaikan hamba Allah, yakni mantan gubernur Kaltim, H. Suwarna, AF kepada saya yang saat itu menjadi Kepala Dinas PU Kaltim saat Umroh sekitar 1998," tutur Awang.

Secara arsitektur, Masjid IC Samarinda mengadopsi dan memadukan tiga masjid terkenal dunia, yakni Masjid Sofia (Turki), Masjid Putrajaya (Malaysia) dan Masjid Nabawi (Madinah).

Salah seorang mantan atlet Kaltim, Hermanto (Akong) mengaku terjadi perubahan sangat signifikan yang terjadi di Kaltim begitu daerah tersebut menjadi tuan rumah PON.

“Dulunya kita sangat sulit mencari tempat latihan, bahkan gedung yang ada sebenarnya kurang layak atau refrensitatif untuk menggelar kejuaraan nasional,” kata mantan atlet bola voli Kaltim yang sempat mengikuti Pra PON 1984.

Mantan pemain terbaik junior bola voli Kaltim pada tahun 1980-an itu mengaku kini sangat berbangga melihat perubahan Kaltim karena terdapat sejumlah gedung dan stadion megah.

“Lebih daripada itu, PON telah menjadi lokomatif dalam mendorong pertumbuhan ekomomi Kaltim terlihat dari pesatnya pembangunan mal, hotel serta tumbuhnya kawasan pemukiman baru di sekitar stadion yang baru dibangun hal itu menandakan bahwa nilai yang dikeluarkan untuk PON sebenarnya tidak seberapa dengan kemajuan kota dan bagi perkembangan ekonomi rakyat,” imbuh dia.


Suwarna Cetuskan PON

Berawal dari sebuah ide di warung kecil pada salah satu sudut kota Samarinda, yang dilanjutkan dengan pernyataan Walikota Samarinda, pada rapat persiapan Porda di Balikpapan, awal 2000 di KONI Samarinda awal ia menduduki jabatan sebagai walikota “Kota Tepian” sehingga wacana Kaltim sebagai tuan rumah PON terus bergulir.

“Keberanian untuk menggelar PON karena kita sukses melaksanakan POM (Pekan Olahraga Mahasiswa) yang melibatkan empat kota, yakni Samarinda, Balikpapan, Bontang dan Tenggarong,” kata Achmad Amins.

Secara resmi, Gubernur Kaltim, H. Suwarna, AF akhirnya mencetuskan keinginan Kaltim sebagai tuan rumah PON XVII-2008 pada Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) KONI Provinsi yang berlangsung di Gedung KONI Jl Kusuma Bangsa pada 28 Maret 2001.

Seluruh Pengda menyatakan sanggup menjadi tuan rumah PON ketika ditantang oleh Suwarna dalam kaitan untuk mendapat dukungan semua pihak.

Dari itu maka mendapat tanggapan beragam mulai dari yang mendukung maupun tidak. Namun upaya-upaya untuk mewujudkan terus bergulir.

Salah satu pihak sanggat berperan adalah dari dukungan SIWO PWI Kaltim yang hadir pada Rakernas SIWO di palembang, 4-7 Juni 2001 ikut menyuarakan keinginan daerahnya untuk menjadi tuan rumah PON XVII-2008. Ternyata sebagian besar peserta Rakernas mendukung Kaltim itu untuk jadi tuan rumah PON XVII-2008.


Di sisi lain, tim lobi awal yang dipimpin Ketua Harian KONI kaltim, Drs H Chairid Hafiedz, 27-30 Agustus 2001, melakukan kunjungan ke Ketua Umum KONI Pusat DR Wismoyo Arismunandar, bertemu dengan Ketua Harian KONI Jatim, Soegondo (PB PON XV-2000) dan Gubernur Sumsel, H Rosihan Arsyad (PB PON XVI-2004) mendapat berbagai masukan, sehubungan keinginan daerah ini menjadi tuan rumah PON XVII-2008.

Wismoyo ketika itu menyebut Kaltim tengah melakukan "operasi intelijen" untuk mencapai keinginannya sebagai tuan rumah PON XVII-2008.

Sedangkan Ketua Harian KONI Jatim, Soegondo dan Gubernur Sumsel, H Rosihan Arsyad menyatakan dukungan mereka kepada Kaltim sebagai tuan rumah PON XVII-2008.
GAMBAR WIMOYO

Pertemuan dengan Wismoyo dan dukungan dari Jatim serta Sumsel menjadi modal dasar bagi Kaltim untuk terus meneguhkan tekad menjadi penyelenggara PON XVII-2008.
Tanggal 23 September 2001 adalah saat yang paling menentukan. Ketika itu, pada pertemuan abtara Gubernur H Suwarna Abdul Fatah dengan Ketua-ketua KONI Kabupaten/Kota dan Pengda-pengda disepakati satu tekad : kaltim harus menjadi tuan rumah PON XVII-2008!

Dukungan dari kalangan legislatif juga menentukan, terlihat dari acara buka puasa bersama antara masyarakat olahraga dengan anggota DPRD kaltim di Lamin Etam, pada 29 November 2001, sejumlah anggota Dewan yang hadir menyatakan dukungan mereka terhadap tekad kaltim menjadi tuan rumah PON XVII-2008. Termasuk pernyataan resmi
Wakil Ketua DPRD Kaltim, Drs H Kasful Anwar As'ad dan anggota DPRD Kaltim HM. Rusli mendukung PON.

DPRD Kaltim pada 24 Desenber 2001 memberikan surat persetujuan kaltim sebagai tuan rumah PON XVII-2008. Surat persetujuan ditandatangani Ketua DPRD Kaltim H Sukardi Djarwoputro.

Bermodalkan surat dukungan dari DPRD Kaltim ini, tanggal 5-15 Januari 2002, enam kelompok tim lobi yang anggotanya terdiri atas pejabat Pemprov Kaltim, masyarakat olahraga dan anggota DPRD Kaltim mendatangi sejumlah provinsi di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Timor Barat untuk meminta dukungan bagi tekad Kaltim menjadi tuan rumah PON XVII-2008.

Lobi ini berlangsung sukses, karena provinsi-provinsi yang didatangi, termasuk KONI daerah setempat, kemudian memberikan dukungannya kepada Kaltim.

Dukungan semakin kuat, setelah 29 Jabuari 2002, Gubernur Suwarna Abdul Fatah dan Wakil Ketua DPRD Kaltim, H Khairul Fuad melakukan dialog interaktif di TVRI Jakarta untuk mempromosikan tekad Kaltim menjadi tuan rumah PON XVII-2008.

Puncaknya adalah pada Rapar Paripurna Nasional (Raparnas) KONI, 30-31 Januari 2002. Kegiatan ini menjadi ajang yang menentukan Kaltim menjadi tuan rumah PON XVII-2008. Paparan Ketua Umum KONI Kaltim, H Suwarna Abdul Fatah yang didukung dengan peralatan multimedia dan buku teks dalam edisi lux mendapat sambutan luar biasa dari peserta Raparnas.

Dalam acara itu diungkapkan kesepakatan bahwa biaya akomodasi dan transport local sebanyak 75 persen ditanggung pemerintah provinsi, sedangkan 25 persen ditanggung pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Namun, agaknya hal itu kini tidak ditetapi oleh Pemkab Kukar sehingga semuanya ditanggung oleh Pemprov Kaltim.

Pada pemungutan suara di Komisi I yang dihadiri Ketua II KONI Kaltim, H Achmad Husry, Kaltim mendapat dukungan 53 suara, menyingkirkan Jabar yang hanya mendapat delapan suara dan Sulsel tujuh suara.

Meskipun memperoleh suara mutlak dalam Raparnas KONI, tetapi masih harus menunggu persetujuan Presiden RI, Megawati Soekarnoputri tentang penetapan tuan rumah PON XVII-2008.Apalagi kesiapan Kaltim harus diteliti lebih jauh tim KONI Pusat.

Sementara daerah pesaing terus berkampanye bahwa mereka lebih siap dibanding Kaltim, baik dari segi fasilitas olahraga, maupun sumberdaya manusia (SDM)

Melihat kondisi ini, Kaltim kemudian melobi langsung Mendiknas Malik Fajar, Mendagri Hari Sabarno dan Sesneg Bambang Kesowo. Mendagri Hari Sabarno kemudian mengirim surat kepada Presiden Megawati agar kaltim ditetapkan sebagai tuan rumah PON XVII-2008.

Surat Mendagri No.426.3/983/SJ anggal 16 Mei 2002 tersebut kemudian dijawab Sesneg Bambang Kesowo bahwa prinsipnya Presiden Megawati setuju Kaltim sebagai tuan rumah PON XVII-2008.

Wismoyo memanggil langsung Gubernur Suwarna pada 24 Juni 2002 untuk menyampaikan kabar persetujuan Presiden Megawati tersebut dan sekaligus menyatakan KONI Pusat segera membuat SK resmi.

Keluarnya persetujuan dari Presiden Megawati yang kemudian diikuti dengan SK KONI Pusat No. 52 Tahun 2002 tanggal 8 Juli 2002 tentang Penunjukan Kaltim sebagai tuan rumah PON XVII-2008, menjawab keragu-raguan banyak kalangan tentang penetatapan Kaltim sebagai penyelenggara PON.


PERSIAPAN PON

- Persiapan Infrastruktur dan SDM

Berbagai persiapan dilakukan Kaltim sebagai tuan rumah PON XVII-2008. Salah satunya adalah membentuk Panitia Persiaoan PON XVII-2008 melalui SK Gubernur No. 060-05/K.316/2002 tanggal 2 September 2002.

Panitia persiapan ini seluruhnya diisi pejabat di lingkungan Kantor Gubernur Kaltim, dengan Chief Executive Officer dipegang langsung Sekretaris Provinsi (Sekprov) Kaltim, SyaifuL Teteng.

Tugas utama dari panitia persiapan ini adalah mempersiapkan pembangunan fasilitas olahraga PON XVII-2008 dan dukungan sumberdaya manusia (SDM) untuk sukses penyelenggaraan perhelatan akbar olahraga tersebut.

Panitia haru bekerja keras dalam menyiapkan infrastruktur apalagi Kalimantan Timur dihadapkan dengan persoalan kelemahan berbagai fasilitas umum dan prasana perhubungan.

Provinsi ini memiliki 13 Kabupaten/Kota, yakni Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Kutai Barat, Pasir, Berau, Bulungan, Malinau, Nunukan dan Penajam Paser Utara, serta Kota Samarinda, Balipapan, Bontang dan Tarakan, dengan jumlah penduduk 2008 diperkirakan sekitar 2,7 jiwa.

Meskipun masing-masing dari 13 kabupaten/kota se-Kaltim tersebut memiliki kelebihan, namun tidak seluruhnya dapat ditetapkan sebagai kota penyelenggara PON XVII-2008, mengingat ada ketentuan jarak yang membatasi.

Kota Samarinda sebagai pusat kegiatan PON XVII-2008 didukung semula oleh empat kota penyelenggara, yakni Balikpapan, Bontang, Kutai Kartanegara dan Kutai Timur.

Dalam perjalanannya, kota penyelenggara berkembang menjadi tujuh, yakni Samarinda, Balikpapan, Kutai Kartanegara, Kutai Timur (Sangatta), Bontang, Berau dan Tarakan. Namun, hasil pertimbangan teknis, Kutai Timur akhirnya dicoret karena dianggap tidak siap, sehingga menjadi enam kota penyelengara.

Salah satu hal penting yang harus dipersiapkan sejak awal adalah pembangunan fasilitas olahraga yang menjadi venus PON XVII-2008 di enam kota penyelenggara.

Sebagai penanggung jawab utama penyelenggaraan PON XVII-2008, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim telah menunjuk konsultan perencana yakni konsorsium PT Ketira Engineering Consultans untuk membuat perencanaan induk (master plan) pembangunan fasilitas olahraga awalnya hanya lima kota yakni Samarinda, Balikpapan, Bontang, Tenggarong, dam Sangatta.

Survei yang dilakukan pihak konsultan pada kota penyelenggara PON XVII-2008, pada 14-19 Oktober 2002 lalu menghasilkan kesimpulan, 40 persen dari 46 fasilitas olahraga yang dimiliki lima kota tersebut layak dijadikan venus PON XVII-2008 dan sisanya 60 persen memerlukan renovasi antara 25-90 persen.

Dengan demikian, tidak semua venus PON XVII-2008 harus membangun baru, karena kenyataannya Kaltim memiliki fasilitas olah raga yang cukup lengkap dan tinggal mengoptimalkan saja dengan jalan merenovasi.

Hasil pendataan awal Dari 46 fasilitras olahraga yang berhasil didata, sebanyak 15 fasilitah berada di Samarinda, 14 ada di Balikpapan, sembilan di Bontang, lima di Sangatta dan tiga di Tenggarong.

Fasilitas yang kondisinya paling siap pakai berada di Bontang, antara lain Stadion Mulawarman, lapangan golf PKT, kolam renang PKT, gedung serbaguna PKT, gedung Kopera PKT, lapangan tenis PKT, lapangan golf Badak, GOR PT Badak dan Pantai Marina PT Badak. Sisanya, lapangan tembak PKT, arena sofbol dan arena basebol PKT memerlukan sedikit renovasi.

Sedangkan di Sangatta, lapangan golf dan lapangan squash PT KPC kondisinya baik, sehingga siap pakai. Namun untuk GOR Swarga Bara KPC dan lapangan tenis KPC, perlu dilakukan renovasi.

Di Tenggarong, kolam renang Putri Junjung Buyah perlu sedikit renovasi. Sedangkan Stadion Rondong Demang perlu renovasi sekitar 50 persen dan GOR pencak silat/ beladiri butuh perbaikan sekitar 60 persen.

Sementara di Balikpapan, GOR Gelora Patra perlu renovasi 70 persen, Stadion Persiba renovasi 80 persen, stadion Sudirman renovasi 40 persen.

Lapangan tembak Kuda Laut renovasi 25 persen. Demikian juga arena boling, sofbol dan tenis Pertamina juga butuh sedikit renovasi. Namun untuk GOR Serbaguna Pertamina dan lapangan squash Unocal, tim survei belum berhasil mendata.

Di Samarinda, sejumlah fasilitas olahraga yang dimiliki membutuhkan renovasi antara 60-90 persen, misalnya, GOR Segiri dan GOR Behempas perlu perbaikan 60 persen, Stadion Segiri dan Kolam Renang Segiri renovasi 80 persen, Lapangan Tenis Segiri perlu renovasi 90 persen. Demikian pula GOR 27 September Unmul dan Auditorium Untag, juga perlu perbaikan.

Selain fasilitas-fasilitas tadi, untuk acara pembukaan dan penutupan PON XVII-2008 perlu dibangun stadion utama di Samarinda. Di samping itu, untuk kelengkapan juga butuh dibangun stadion madya, GOR Basket, GOR Senam dan GOR tenis di Samarinda.

Biaya renovasi dan membangun fasilitas-fasilitas olaharaga baru yang menjadi venus PON XVII-2008 diperkirakan mencapai Rp726 miliar. Sebanyak 70 persen dari total biaya yang diperlukan akan disedikan melalui APBD Kaltim dan APBD 5 Kabupaten/Kota penyelenggara PON XVII-2008. Sedangkan 30 persen sisanya akan digalang dari partisipasi swasta.

Sementara itu, mulai 1 Maret 2003 lalu sebanyak tujuh perusahaan kontraktor yang tergabung dalam konsorsium PT Bumi Olahraga Kaltim mulai mengerjakan proyek pembangunan kompleks Stadion Madya dan Pusat Latihan Daerah (Puslatda) Sempaja.

Tujuh kontraktor yang tergabung dalam konsorsium tersebut adalah PT Waskita Karya, PT Hutama Karya, PT Pembangunan Perumahan, PT Wijaya Karya, PT adhi Karya, PT Total Bangun Persada dan PT Bahtra Bahagia.

Komplek Stadion Madya dan Puslatda Sempaja dibangun di areal seluas 50 hektar. Saat ini tanah yang tersedia sudah 27 hektar dan menyusul akan dibebaskan 23 hektar lagi.
Pemancangan tiang pertama pembangunan kompleks olahraga tersebut dilakukan Gubernur H Suwarna Abdul Fatah pada 24 Februari 2003 lalu.

Fasilitas olahraga yang dibangun di komplek olahraga Sempaja antara lain, stadion madya, dua gedung latihan, dua GOR serbaguna, gedung Puslatda, asrama atlet, hotel atlet dan sejumlah sara untuk ”outdoor sport”. Total dana yang diperlukan sekitar Rp 298 miliar.
Selain itu, secara terpadu di kawasan itu juga dibangun mal, hotel bintang III dan pusat rekreasi, yang memerlukan dana sekitar Rp 213,5 ,miliar. Pembangunan kawasan komersial ini direncanakan bekerjasama dengan investor swasta.

Stadion Madya yang dibangun lapangannya berstandar nasional, baik ukuran maupun kontruksinya sehingga dapat dipakai latihan maupun pertandingan atletik dan sepakbola.

Lintasan lari terdiri dari delapan ”line”dan alasnya terbuat dari bahan sintetis Tartan. Lapangan rumputnya dibuat dengan kontruksi yang memenuhi standar dengan jenis rumput yangs sesuai.
Ukuran lapangan sepakbola memenuhi standar pertandingan FIFA, yaitu 70 x 105 meter persegi.
Tribun Barat beratap dengan memanfaatkan struktur yang sudah ada tetapi direnovasi dan diperluas sehingga dapat menampng sekitar 2.850 penonton.

Lantai dasar tribun ini terdapat ruangan untuk undangan VIP, atlet, pelatih dan wasit, tempat pemanasan, poliklinik dan kamar pijat, kantor pengelola, kios, ruang mesin dan listrik serta gudang.

Sedangkan Tribun Timur merupakan kontruksi terbuka tanpa atap yang dapat memuat sekitar 3.300 penonton. Lantai dasar tribun ini dimanfaatkan untuk ruang fitness centre, latihan beban, ruang angkat besi dan angkat berat serta gudang. Sementara pada lantai atas juga disediakan kios.

Total kapasitas Tribun Barat dan Timur dapat menampung sekitar 6.150 penonton.
Stadion juga dilengkapi dengan lampu penerangan untuk dapat dipakai bermain pada waktu malam hari.

Sementara gedung latihan I seluas 4.800 m2 rencananya dipakai untuk pelatihan cabang olahraga taekwondo, judo pencak silat, karate dan gulat.
Gedung latihan 2 seluas 2.400 m2 dipakai untuk pelatihan cabang olahraga squash (4 lapangan) dan senam.

Sedangkan GOR serbaguna I seluas 2.320 m2 yang memiliki kap[asitas 2.200 tempat duduk, dipakai cabang olahraga bola basket dan bulutangkis.

Sementara gedung Puslatda yang memiliki luas 3.600 m2, pada lantai atas rencananya dipakai untuk kantor Puslatda, ruang ”weight training”, laboratorium, empat ruang kelas instruksi, ruang pijat, ruang fisioterapi, poliklinik dan perpustakaan.

Sedangkan lantai dasar dipergunakan untuk ruang makan, dapur, laundry dan lobby.
Asrama atlet seluas 5.728 m2 yang melengkapi komplek olahraga Sempaja, pada tahap awal dibangun dua blok, tiap blok terdiri atas empat lantai dengan total kapasitas 96 kamar/blok. Lantai dasar merupakan fasilitas bersama, sehingga yang dibangun kamar hanya 3 lantai (lantai 2 sampai 4), dengan jumlah kamar masing-masing 32 buah setiap lantai. Mengingat masing-masing kamar memuat dua orang, maka keseluruhan daya tampung adalah 384 orang (2 blok x 96 kamar x 2 orang).

Khusus hotel atlet yang rencananya dibangun 8 lantai dengan luas 21.967 m2, memiliki kapasitas total 273 kamar, engan perincian 245 kamar untuk atlet dan 28 kamar untuk pelatih. Masing-masing kamar atlet memuat empat orang, sedangkan pelatih satu orang/kamar, sehingga total atlet dan pelatih yang bisa ditampung adalah 1.008 orang.

Hotel atlet ini dilengkapi dengan enam unit ruang kelas, dua unit ruang rapat, ruang serba guna, masjid, ruang-ruang instruktur, kantor Puslatda, ”front office”, ”back of the house” (dapur, laundry, gudang dan locker), empat unit lift penumpang dan satu unit lift service.
Sedangkan sarana ”outdoor sport” yang dibangun meliputi lapangan latihan untuk cabang olahraga panahan, sepakbola dan atletik, enam lapangan tenis, tujuh lapangan voli, fasilitas panjat tebing, lintasan sepatu roda dan lapangan sofbol.

Untuk pengembangan Puslatda, juga direncanakan pembangunan GOR Serba guna 2 dengan dua lantai. Lantai dasar untuk lintasan boling dan kolam renang, sementara lantai atas untuk arena serbaguna dan tribun berkapasitas 3.000 tempat duduk.

Di areal pengembangan ini, rencananya juga dibangun kolam renang standar olimpiade berukuran 50x25 m2, kolam loncat indah 25x25 m2 dan kolam rekreasi.

Selain itu, juga asrama atlet 2 blok, masing-masing 8 lantai/blok dengan total kapasitas 224 kamar/blok. Karena masing-masing kamar dapat diisi dua orang, maka total daya tampung adalah 996 orang (2 blok x 224 kamar x 2 orang)

Agar ada sumber dana untuk menunjang kegiatan Pusdiklat, konsorsium konsultan mengusulkan agar ada lokasi areal untuk kawasan komersial, seperti mal, hotel berbintang III dan pusat rekreasi.

Mal bisa dibangun tiga lantai, dengan luas lantai 20.000 m2, sehingga total lahan yang diperlukan sekitar 3,8 hektar. Lokasi ini berada di sudut depan sisi Selatan.
Untuk hotel bintang III, dengan 300 kamar, tinggi 15 tingkat, luas lantai 24.000 m2, total lahan yang diperlukan sekitar 1,7 hektar. Lokasinya di sudut depan sisi Utara.
Dotambahkan, pusat rekreasi dapat dibangun di lokasi sisi Timur, termasuk danau buatan. Total lahan yang diperlukan sekitar 8,3 hektar.

Komplek Stadion Madya dan Puslatda Sempaja yang memadukan konsep olahraga dengan bisnis dan rekreasi, akan dijadikan sebagai ciri khas (land mark) Kota Samarinda sebagai ibukota Provinsi Kaltim, yang sekaligus menjadi pusat kegiatan PON XVII-2008.

Bangunan-bangunan tersebut, terutama Stadion Madya dan gedung Puslatda selesai akhir 2003, sehingga dapat dipakai untuk pemusatan latihan atlet PON XVI-2004.

”Kalau tidak selesai, jabatan saya yang menjadi taruhannya,” tegas Kepala Dinas PU dan Kimpraswil Kaltim, H Awang Dharma Bhakti ST.


Komplek Stadion Madya dan Puslatda Sempaja sempat ditinjau Ketua Umum KONI Pusat, Agum Gumelar, 16 Juli 2003 lalu. Agum memuji pembangunan komplek tersebut yang membuktikan kesungguhan Kaltim sebagai tuan rumah PON XVII-2008. ”Tetapi kalau ditargetkan Desember 2003 harus selesai, apa tidak terlampau cepat?” kata Agum.
Ia mengharapkan agar pembangunan komplek olahraga tersebut lebih mengutamakan kualitas, sedangkan untuk target waktu hendaknya tidak terlalu terburu-buru.

PENYIAPAN SDM

Selain fasilitas olahraga, hal lain yang tak kalah pentingnya adalah penyiapan sumberdaya manusia (SDM) untuk mendukung sukses penyelenggaraan PON XVII-2008.
Tenaga-tenaga ini terutama diperlukan dalam operasional Pengurus Besar (PB) PON XVII-2008 dan pelaksanaan pertandingan masing-masing cabang olahraga pada kota penyelenggara.

Sejumlah program penyiapan SDM antara lain, mengirimkan tenaga magang untuk menimba ilmu dari PB PON XVI-2004 di Palembang, Sumsel.

Selain itu, bekerjasama dengan KONI Pusat dan Pengurus Besar (PB) olahraga direncanakan secara berkala juga akan dilakukan diklat manajemen penyelenggaraan PON, termasuk mendidik tenaga wasit dari Kaltim untuk membantu pelaksanaan pertandingan cabang-cabang olahraga PON XVII-2008.

Kaltim menurut rencana juga akan bekerjasama dengan FKIP Universitas Mulawarman (Unmul) jurusan Olahraga, IKIP PGRI Kaltim jurusan Olahraga, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Jurusan Olahraga, Akorin dan JICA untuk menyiapkan SDM yang andal dalam penyelenggaraan PON XVII-2008.

Pada 2003, tercatat ada tiga cabang olahraga yang menempatkan Kaltim sebagai tuan rumah pelaksanaan babak kualifikasi PON XVI-2004, yakni gulat, tinju dan sepakbola. Kejurnas/Pra PON gulat dan Munas PB PGSI yang berlangsung di Samarinda 10-16 Juli 2003 lalu berlangsung sukses.

Tidak laha pentingnya, PB (Panitia Besar) PON XVII-2008 Kalimantan Timur menyiapkan personil untuk mengoperasikan media center.

"Peranan media center sangat penting karena terkait dengan masalah pemberitaan, sukses tidaknya suatu event juga sangat tergantung akan pemberitaan serta kelancaran sebuah informasi," kata Koordinator Humas PB PON, Djuahar Effendi.

Humas PB PON akan mengerahkan 175 reporter dari tujuh kabupaten/kota (Sub PB PON) yang mendukung data pertandingan dan berbagai peristiwa selama event itu berlangsung pada 6-17 Juli 2008.

"Para reporter ini sudah melakukan latihan pembuatan berita dan foto selema hampir satu bulan sejak 5 Mei 2008 dan saat ini mereka sedang melakukan praktik lapangan," kata Jauhar Effendi, Koordinator Media Center PB PON.

Para reporter itu kini sedang melakukan praktik lapangan untuk meliput suasana latihan di Pusat Pelatihan Daerah (Puslatda) TC Sentralisasi PON XVII-2008 Kaltim di Stadion Madya Sempaja.

"Tugas mereka nanti, yakni untuk mengisi halaman di Jurnal PON yang diterbitkan PB PON serta berita on line di web media PB PON. Kami berharap agar dari tugas mereka ini bisa membantu data bagi wartawan nasional dan daerah yang melakukan liputan PON pada 6-17 Juli 2008," katanya.

Ke-175 orang reporter itu direkrut dari tujuh kabupaten dan kota penyelenggara PON, yakni Samarinda, Balikpapan, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Bontang, Tarakan dan Berau.

Usai pelatihan pada pertengahan Juni 2008, mereka akan dipulangkan kembali ke daerahnya masing-masing untuk membantu tugas liputan PON dari Sub PB PON di tujuh kabupaten/kota itu.

Diprogramkan bahwa setiap Cabor (cabang olahraga) akan diliput oleh tiga reporter. PB PON juga melatih peserta untuk tingkat redaktur yang nantinya masing-masing satu orang menangani tiga Cabor hasil liputan reporter.

Plh. Ketua Umum KONI Kaltim yang juga komandan Puslatda, Zuhdi Yahya saat memberikan pembekalan bagi reporter menyatakan bahwa PON tinggal hitungan hari saja sehingga semua pihak harus bekerja keras agar Pekan Olahraga Nasional pertama di regional Kalimantan itu sukses, termasuk "wartawan dadakan" itu.

Dalam pertemuan itu, Zuhdi menjelaskan tentang berbagai program KONI Kaltim dalam rangka mencapai target lima besar.

"Insya Allah target lima besar akan tercapai apabila melihat grafik prestasi Kaltim dalam berbagai event, khususnya pada Kejurnas, SEA Games Thailand 2007 dan pra-Olimpiade Baijing China 2008. Prestasi atlet kita terus meningkat bahkan tidak hanya level nasional seperti Kejurnas juga internasional," imbuh dia.

Salah seorang peserta pelatihan dari Sub PB Kutai Kartanegara, Kumala Ayu Triana mengaku senang ikut terlibat dalam event akbar olahraga nasional itu. "Usai PON, saya berminat jadi wartawan sungguhan karena sudah dapat pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan liputan," katanya.




SEJARAH KONI

• 1946

Top organisasi olahraga membentuk Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) di Solo dengan Ketua Widodo Sosrodiningrat.

• 1947

Organisasi olahraga membentuk Komite Olympiade Republik Indonesia (KORI) dengan Ketua Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
KORI berubah menjadi Komite Olimpiade Indonesia (KOI).

• 1951

PORI melebur ke dalam KOI.

• 1952

KOI diterima menjadi anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada tanggal 11 Maret.

• 1959

Pemerintah membentuk Dewan Asian Games Indonesia (DAGI) untuk mempersiapkan penyelenggaraan Asian Games IV 1962, KOI sebagai badan pembantu DAGI dalam hubungan internasional.

• 1961

Pemerintah membentuk Komite Gerakan Olahraga (KOGOR) untuk mempersiapkan pembentukan tim nasional Indonesia, top organisasi olahraga sebagai pelaksana teknis cabang olahraga yang bersangkutan.

• 1962

Pemerintah membentu Departemen Olahraga (Depora) dengan menteri Maladi.

• 1964

Pemerintah membentuk Dewan Olahraga Republik Indonesia (DORI), semua organisasi KOGOR, KOI, top organisasi olahraga dilebur ke dalam DORI.

• 1965

Sekretariat Bersama Top-top Organisasi Cabang Olahraga dibentuk pada tanggal 25 Desember, mengusulkan mengganti DORI menjadi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang mandiri dan bebas dari pengaruh politik.
1966

Presiden Soekarno menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 143 A dan 156 A Tahun 1966 tentang pembentukan KONI sebagai ganti DORI, tetapi tidak dapat berfungsi karena tidak didukung oleh induk organisasi olahraga berkenaan situasi politik saat itu.

Presiden Soeharto membubarkan Depora dan membentuk Direktorat Jendral Olahraga dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Induk organisasi olahraga membentuk KONI pada 31 Desember dengan Ketua Umum Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

KOI diketuai oleh Sri Paku Alam VIII.

• 1967

Presiden Soeharto mengukuhkan KONI dengan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1967.
Sri Paku Alam VIII mengundurkan diri sebagai Ketua KOI. Jabatan Ketua KOI kemudian dirangkap oleh Ketua Umum KONI Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) KONI M.F. Siregar dan Sekretaris KOI Soeworo.

Soeworo meninggal, jabatan Sekretaris KOI dirangkap oleh Sekjen KONI M.F. Siregar. Sejak itu dalam AD/ART KONI yang disepakati dalam Musyawarah Olahraga Nasional (Musornas), KONI ibarat sekeping mata uang dua sisi yang ke dalam menjalankan tugasnya sebagai KONI dan ke luar berstatus sebagai KOI. IOC kemudian mengakui KONI sebagai NOC Indonesia.

• 2005

Pemerintah dan DPR menerbitkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan memecah KONI menjadi KON dan KOI.

• 2007

Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 16, 17, dan 18 Tahun 2007 sebagai peraturan pelaksanaan UU No. 3 Tahun 2005.
KONI menyelenggarakan Musornas Luar Biasa (Musornaslub) pada 30 Juli yang membentuk Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan menyerahkan fungsi sebagai NOC Indonesia dari KONI kepada KOI kembali. Nama KONI tetap dipertahankan dan tidak diubah menjadi KON.



KRONOLOGIS PON

- Kronologis Kaltim Sebagai Tuan Rumah PON XVII

Awal 2000
Lahirnya ide PON dari sebuah warung kopi di Samarinda oleh H. Harbiansyah Hanafiah yang kemudian disampaikan ke Walikota Samarinda, Achmad Amin.

28 Maret 2001

Gubernur Kaltim H. Suwarna AF yang juga Ketua Umum KONI Kaltim ketika membuka Rapat Koordinasi Daerah (rakorda) pengurus KONI menyampaikan keinginan tersebut secara resmi dan mendapat dukungan seluruh Pengda.

4-7 Juni 2001

SIWO PWI Kaltim menyuarakan keinginan daerahnya menjadi tuan rumah PON XVII-2008 pada Rakernas SIWO PWI di Palembang, Sumsel. Keinginan Kaltim tersebut mendapat sambutan dari peserta Rakernas.

27-30 Agusts 2001

Tim lobi awal yang dipimpin Ketua Harian KONI Kaltim, Drs. H Chaidir Hafidz melakukan kunjungan ke Ketua Umum KONI Pusat Wismoyo Arismunandar dan bertemu dengan Ketua Harian KONI Jati Soegondo (PB PON XV-2000) serta Gubernur Sumsel H Rosihan Arsyad (PB PON XVI-2004) untuk mendapat berbagai masukan.

25 September 2001

Gubernur Kaltim Suwarna AF dan Ketua KONI Kabupaten/Kota serta Pengda-penda sepakat, Kaltim Harus Menjadi Tuan Rumah PON XVII-2008

29 November 2001

Pada acara buka puasa bersama antara masyarakay olahraga dan anggota DPRD Kaltim di Lamin Etam, sejumlah anggota dewan yang hadir menyatakan dukungan mereka terhadap tekad Kaltim menjadi tuan rumah PON XVII-2008.

“PON penting agar penggunaan anggaran pembangunan Kaltim bisa fokus,” kata Ketua fraksi PKB HM. Rusli

24 Desember 2001

DPRD Kaltim memberikan surat persetujuan Kaltim sebagai tuam rumah PON XVII-2008. Surat persetujuan ditandatangani Ketua DPRD Kaltim H Sukardi Djarwoputro.

5-15 Januari 2002

Enam kelompok ti lobi yang aggotanya terdiri dari pejabat Pemprov Kaltim, masyarakat olahraga dan anggota DPRD Kaltim mendatangi sejumlah propinsi di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Timor Barat untuk meminta dukungan tekad kaltim menjadi tuan rumah PON XVII-2008.

29 Januari 2002

Gubernur kaltim H Suwarna AF dan Wakil Ketua DPRD Kaltim H Khairul Fuad melakukan interaktir di TVRI Jakarta untuk mempromosikan tekad Kaltim sebagai tuajn rumah PON XVII-2008.

30-31 januari 2002

Rapat Paripurna Nasional (Raparnas) KONI menjadi ajang yang menentukan Kaltim sebagai tuan rumah PON XVII-2008.
Pada pemungutan suara di Komisi I yang dihadiri Ketua II KONI Kaltim H Achmad Husry, Kaltim mendapat dukungan 53 suara menyingkirkan Jabar yang mendapat 8 suara dan Sulsel 7 suara.
Jabar berusaha menunda penentuan tuan rumah sampai tahun 2003, yakni saat Musornas KONI Pusat, tapi berhasil digagalkan Achmad Husry.

16 Mei 2002

Mendagri hari Sabarno membuat surat No. 426.3/983/SJ yang ditujukan kepada Presiden Megawati Soekarnoputri agar kaltim disetujui menjadi tuan rumah PON XVII-2008. Surat Mendagri ini kemudian dijawab Sesneg Bambang Kesowo bahwa prinsipnya Presiden setuju.

24 Juni 2002

KONI Pusat mengundang Kaltim dan Jabar untuk menyampaikan keputusan bahwa Presiden Megawati setuju Kaltim sebagai tuan rumah PON XVII-2008 sesuai aspirasi masyarakat olahraga nasional pada Raparnas KONI

8 Juli 2002

KONI Pusat mengeluarkan SK No 52 Tahun 2002 yang menetapkan penunjukkan Kaltim sebagai tuan rumah PON XVII-2008.


PON MINI


Dalam persiapkan diri menghadapi PON, Kaltim juga menyatakan diri sebagai tuan rumah beberapa event baik Kejurnas, open, maupun level lebih tinggi seperti Porwanas 2007, Popnas 2007 dan Pospenas 2007 yang diharapkan menjadi "sekolah" sebelum menghadapi PON.

Dari sekian event tersebut, agaknya yang cukup monumental adalah pelaksaan Porwanas pada 2007 karena hampir seluruh kontingen menyatakan kepuasannya saat menjadi tamu di Kaltim.

Bahkan, Ketua Umum PWI Pusat, Tarman Azzam saat penutupan event itu, menyatakan bahwa Porwanas IX-2007 di Kaltim adalah yang terbesar dan terbaik selama penyelenggaraannya, bahkan ia merasa pasimistis untuk akan datang akan ada yang lebih baik.

Porwanas di Kaltim telah mencatat sebuah sejarah dengan jumlah peserta terbanyak, yakni 2.200 orang yang disatukan dalam sebuah lokasi, yakni di komplek Stadion Madya Sempaja yang dilengkapi berbagai sarana olahraga, hotel dan asrama atlet.

Sejarah lainnya, pelaksaan Porwanas di Kaltim dianggap terbaik karena jarang sekali terjadi "insiden" yang bisa memalukan korps wartawan.

Ketua Bidang Porwanas IX-2007, Datu Iskandar Zulkarnaen menyatakan bahwa kiat panitia sukses dalam menyelenggarakan event itu karena mereka sudah berikrar untuk menjadi tuan rumah yang baik dengan mengabaikan kebanggaan sebagai juara.

"Setiap event, tuan rumah selalu ingin jadi juara umum, namun karena ini event olahraga untuk mempererat tali silaturahmi bagi insan pers maka maksud dan tujuan Porwanas kita kembalikan ke khitahnya, yakni bukan ajang prestasi namun persaudaraan," katanya.

Sejak awal, pihak tuan rumah selalu mengingatkan akan hal itu, sehingga dalam pertandingan 11 Cabor meskipun terjadi semangat untuk saling mengalahkan namun tidak sampai pada tahap saling menghalalkan segala cara untuk juara. Kaltim sendiri tidak masuk dalam elit tiga besar dalam pengumpulan mendali.

Dari sisi keuangan, Panitia Porwanas melibatkan sejumlah lembaga keuangan dan pemeriksa agar sejak awal dihindari terjadi penyimpangan, terbukti dari anggaran yang dialokasikan Rp10 miliar, panitia Porwanas bisa mengembalikan ke kas daerah Rp1,8 miliar.

Kegiatan Porwanas IX-2007 yang digelar mulai 31 Januari hingga 9 Februari 2007 disambut antusias oleh peserta bahkan melebih dari kouta.

"Antusias teman-teman dari daerah untuk ke Kaltim ternyata luar biasa. Beberapa malah akan tiba dalam rombongan besar seperti Jabar yang akan dipimpin langsung oleh gubernur mereka," kata Tarman Azzam.

Begitu pula Kepulauan Riau dan Banten yang akan datang dengan penggembira dan dipimpin oleh gubernur masing-masing. Ini belum termasuk kontingen dari Bali yang kemarin menyatakan bakal mengikutkan 25 penggembiranya, selain yang sudah terdaftar resmi sebagai atlet dan official serta peserta Rakernas SIWO, Konvensi Media Massa, dan HPN. Juga kontingen dari Kalsel, Kalteng dan Sulsel.

"Ini menandakan Kaltim memiliki daya tarik. Para insan pers selama sepekan lebih akan memfokuskan perhatiannya pada Kaltim, tuan rumah Porwanas IX-2007 dan tuan rumah PON XVII-2008. Inilah saatnya Kaltim memberi layanan yang terbaik kepada mereka. Sukses tidaknya PON 2008 sedikit banyak akan tergambar dari sukses penyelenggaraan PORWANAS," ujar Tarman.

Menurut Ketua Panitia Bidang PORWANAS IX, Dt Iskandar Zulkarnaen sudah 2.200 lebih peserta PORWANAS yang memastikan akan datang. Jumlah itu diyakini akan terus bertambah karena beberapa daerah menyatakan akan datang dengan rombongan besar dan mengikutsertakan para penggembira yang jumlahnya sekitar 500 orang.

"Penggembira tidak ditanggung panitia. Panitia akan memberikan daftar hotel berikut tarifnya yang bisa mereka pesan sendiri. Tapi kami akan jemput mereka semua di Balikpapan. Kami sudah siap dengan awak penjemputan berikut 60 bus dan 40 minibus Kijang,"


- Api PON Mulai Dari Porwanas


Sebagai ajang ujicoba PON maka pelaksaan Porwanas juga memanfaatkan api abadi di Bambu Kuning, Desa Lempake untuk sebagai obor pengobar semangat olahraga pada ajang multi-event itu.

Pengambilan api Porwanas IX Kaltim di Bambu Kuning, Lempake Samarinda ternyata tidak mudah. Pasalnya, hujan yang mengguyur Samarinda malam membuat jalan sepanjang 6 km menuju api abadi di Bambu Kuning sepanjang sulit dilewati. Jalan yang licin dan berlumpur, membuat kendaraan hanya mampu sampai pada jarak 5 km.

Tim pengambil api yang dipimpin Asisten III Sekkot Samarinda Fadly Illa terpaksa berjalan kaki sepanjang 1 km untuk bisa sampai ke sumber api yang juga dipersiapkan untuk api PON XVII Kaltim 2008 mendatang.

Praktis, semua agenda yang sudah dijadwalkan meleset dari rencana. Termasuk waktu penyerahan obor api Porwanas di rumah Jabatan Walikota Samarinda yang molor dua jam dari rencana.

Berbeda dengan keinginan walikota Samarinda untuk pengerasan jalan menjelang PON, Ketua Siwo PWI Pusat, Atal S. Dapari yang ikut rombongan dalam pengambilan api abadi menilai bahwa jalan berlumpur tersebut tidak perlu diaspal namun dalam pengambilan api di kawasan itu harus menggunakan mobil lapangan sehingga kesan sportnya tetap ada.

- Kifrah Siwo Dalam PON

Sejak awal Siwo PWI Kaltim dan Siwo PWI Pusat cukup berperan dalam mendukung pelaksaan PON baik dalam memperebutkan Kaltim sebagai tuan PON maupun Porwanas. Dalam mendukung PON, Siwo PWI Kaltim dan PWI Pusat terus menggelar berbagai event sebagai salah satu upaya menggelorakan semangat PON antara lain:
Kegiatan SIWO Tahun 2007

31 Januari - 2 Pebruari : Rakernas SIWO PWI di Samarinda
3 Pebruari - 8 Pebruari : Porwanas IX di Samarinda
4 Pebruari : Lomba lari PWI 10 K
9 September : Jalan sehat massal di Stadion Utama Palaran
20 Nopember : Dialog Olahraga "Kandidat Gubernur Kaltim Menatap
PON XVII - 2008"

Penganugrahan SIWO AWARD untuk pelatih, atlet dan Pembina Olahraga Kaltim

Kegiatan SIWO Tahun 2008

6 - 8 Juni 2008 : Rakernas SIWO di Lampung
14 Juni 2008 : Pelatihan wartawan
"Manajemen Liputan Multi Event"

Penerima SIWO AWARD Tahun 2007

Atlet Putra Terbaik : Eka Bayu Prabowo (Panjat Tebing)
Atlet Putri Terbaik : Fenny M (Squash)
Pelatih Terbaik : Suryadi Gunawan (Gulat)

Atlet Favorit : Paulina PAyaq (Panjat Tebing)
Pembina Favorit : Muslimin (Anggar)

Pembina Olahraga

1. Suwarna AF
2. Herlan Agussalim
3. Achmad Amins
4. Awang Faroek Ishak
5. Awang Dharma Bhakti
6. Harbianyah Hanafiah
7. Saleh Basire
9. Agus Virgoandi
10. Herry Soesanto



TEKAD PRESTASI

- Ganjalan PON

Kabar tak menyenangkan kembali mencuat dari PB PON. Kabar itu berupa wacana penundaan PON XVII Kaltim. Dari jadwal semula 6-17 Juli diundur menjadi setelah lebaran, yaitu November 2008. “Jatim jelas sangat keberatan. Pengunduran ini akan membuat kacau semua latihan yang sudah diprogramkan mencapai puncak kondisi Juli. Begitu juga dengan biaya, akan membengkak sangat besar,” jelas Ketua Harian KONI Jatim Soekarno Marsaid.

Sehari sebelumnya kabar penundaan PON mencuat, Jatim sudah was-was soal teknis pengiriman alat yang akan digunakan bertanding. Sebab hingga Selasa (22/4), PB PON selaku penanggung jawab PON, belum memberikan jadwal dan kepastian teknis pengiriman alat.

Padahal pengiriman itu tidak bisa dilakukan secara dadakan. Alat-alat tidak mungkin dikirim lewat udara karena alat banyak yang berukuran besar. Alat perlu dikirim dengan kapal laut. Repotnya lagi dari pelabuhan, alat perlu dikirim dengan kendaraan berat menuju venue yang tersebar di tujuh kota dan jaraknya cukup jauh.

Di tengah memikirkan pemecahan teknis pengiriman barang, ternyata justru kabar buruk lagi yang diterima, yaitu wacana penundaan PON. “Sekarang ini, biaya puslatda sebulan sekitar Rp 2,5 miliar. Kalau ditunda empat bulan jadi November, biaya puslatda bisa bengkak Rp 10 miliar,” kata Soekarno.

Wacana pengunduran PON itu muncul dari Bidang Pertandingan PB PON, H Harbiansyah Hanafiah usai rapat di Kantor Gubernur Kaltim.

Menurut Harbiansyah, sulit menjamin kesuksesan PON bila tetap digelar sesuai jadwal 6-17 Juli. Alasannya masih terlalu banyak infrastruktur dan peralatan yang belum terpenuhi. Ia mencontohkan di bidang pertandingan yang ditanganinya, sebagian besar peralatan yang diperlukan untuk pertandingan belum ada. Bahkan yang ia dengar alat-alat itu baru sekitar 50 persen yang ditenderkan PP atau PB di tia-tiap cabor. Itupun belum ada kepastian alat-alat itu tiba di Kaltim.
Selain alat, ia juga menyampaikan belum siapnya perangkat pelaksana pertandingan. Perekrutan tenaga memang sudah dilakukan seperti wasit, juri, hakim pertandingan, panitia pelaksana, dan liaison officer (LO). Jumlahnya mencapai 8.600 orang. Namun kelengkapan untuk mereka, seperti jaket, baju hingga sepatu belum dikerjakan. Belum ada tender lelang pengerjaan seragam untuk mereka.

Kalaupun lelang dilakukan dalam waktu dekat, panitia bidang pertandingan tidak yakin, barang-barang itu bisa diselesaikan sebelum PON, 6-17 Juli 2008
Persiapan Kaltim menjadi tuan rumah PON XVII-2008 tampaknya terus menghadapi masalah, setelah pilar Jembatan Mahakam Hulu yang diharapkan selesai dibangun sebelum event itu untuk mendukung kelancaran lalu lintas darat yang tiga kali ditabrak ponton, kini tiga asrama atlet roboh di Kutai Kartanegara.

Tidak ada yang tahu pasti apa yang ada dibenak tokoh yang pertama kali menyampaikan ide PON itu untuk menunda lagi multi-event tersebut.

Namun, sebagian orang agaknya memanyadari bahwa pernyataan itu lebih bersifat “politis” untuk memacu kinerja sebagian besar panitia PB PON yang terkesan takut untuk mengambil sebuah keputusan.

Mungkin, ketakutan pejabat di Kaltim yang sebagian duduk pada kedudukan strategis di PB PON bermula dengan ditangkapnya Gubernur Kaltim, H. Suwarna AF atas dakwaan melakukan tindakan korupsi karena mengeluarkan rekomendasi pembukaan lahan sawit sejuta hektare.

Misalnya, sesuai program semula, pengadaan alat latih dan tanding seharusnya satu tahun sebelum dilaksanakan PON, tujuannya agar atlet Kaltim terbiasa dengan alat yang sudah disiapkan itu namun karena ketatnya masalah pengelolaan dan pengawasan keuangan sehingga hal itu tidak bisa terealisasi.

Hal yang lebih merepotkan, dana untuk masing-masing sub PB PON (enam kota/kabupaten) baru dicairkan sekitar dua bulan sebelum pelaksaan PON itupun hanya 20 persen dari rencana anggaran.

Melihat kondisi itu, agaknya wajar apabila tokoh olahraga Kaltim itu berteriak agar PON ditunda. Sebagai tokoh yang sudah malam menggeluti dunia olahraga, maka sudah pasti ia tidak ingin cacat dalam penyelenggaraan, meskipun prestasi juga penting.

Meskipun ada kekurangan, namun kesiapan Kaltim sebagai tuan rumah tidak diragukan lagi karena sudah siapnya berbagai venues yang sudah direnovasi dan dibangun sejak lima tahun lalu. Hotel-hotel yang ada di kota penyelanggara juga sudah siap, bahkan seperti Kota Tarakan terpaksa menghentikan izin sementara pembangunan hotel karena 30 hotel yang sudah dibangun dianggap mencapai titik jenuh karena melebihi kapasitas dalam melayani 2.000-3.000 orang tamu PON.

Persoalan yang sempat membuat pusing PB PON adalah pilar panjang Jembatan Mahakam Hulu (Mahulu) tiga kali ditabrak kapal ponton membawa batu bara. Terparah adalah kejadian terakhir, karena menyebabkan tiang panjang jembatan bergeser 18,5 Cm.

Diperkirakan butuh dana sekitar Rp20 miliar untuk memperbaiki tiang pancang jembatan Mahakam Hulu (Mahulu) yang dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu-lintas darat di Samarinda pada PON XVII-2008 Kaltim tanggal 6-17 Juli tahun ini.
"Diperkirakan butuh dana sekitar Rp20 miliar untuk memperbaiki tiang pancang Jembatan Mahulu yang bergeser sekitar 18,5 Cm akibat tertabrak kapal ponton membawa batu bara belum lama ini," kata Ketua Bidang Pembangunan Infrastruktur PB PON (Panitia Besar Pekan Olahraga Nasional) XVII-2008 Kaltim, Awang Dharma Bakti.

Awang menjelaskan bahwa berdasarkan hasil pertemuan dengan pihak perusahaan yang bertanggung jawab atas kejadian itu, perusahaan tersebut bersedia menanggung beban dana untuk memperbaiki Jembatan Mahulu.

Ponton yang membawa batu bara pada 12 Maret 2008 menabrak tiang Jembatan yang harusnya sudah selesai terbangun pada April 2008. Sebenarnya kejadian itu sudah ketiga kalinya sehingga pihak PB PON menyoroti pengamanan pelayaran oleh pihak Adpel (Administrator pelabuhan) Samarinda.

Pihaknya optimistis bahwa perbaikian itu bisa dilaksanakan secara cepat, sehingga Jembatan Mahulu sudah bisa beroperasi sebelum PON pertama di wilayah Kalimantan itu.


Proyek pembangunan Jembatan Mahulu dinilainya sangat strategis dalam mendukung kelancaran lalu-lintas darat saat pelaksanaan PON, karena Kaltim diperkirakan akan menampung sedikitnya 12.000-15.000 atlet, ofisial dan pers.

Khusus di Samarinda yang berpenduduk sekitar 600.000 jiwa itu saja, jumlah tamu PON diperkirakan mencapai sekitar 6.000 sampai 7.000 orang. Padahal, lokasi pertandingan di Samarinda terdiri atas tiga tempat, yakni Stadion Utama Palaran di Samarinda Seberang, Stadion Madya di Sempaja, dan GOR Segiri di pusat kota Samarinda, sehingga keberadaan jembatan itu sangat vital untuk mendukung mobilisasi atlet.

Pihak PB PON juga memiliki alternatif lain apabila Jembatan Mahulu belum rampung saat PON, yakni dengan menyiapkan 30 kapal penyeberangan untuk menjangkau Stadion Utama di Palaran. Langkah lainnya, yakni mengatur agar pemanfaatan Jembatan Mahakam hanya satu arah, yakni dari Samarinda Kota ke Samarinda Seberang, sedangkan arah dari Balikpapan menuju Samarinda harus memutar lewat Tenggarong (Kutai Kartanegara).


- Program Puslatda

Resmi sudah pelaksanaan Pusat Latihan Daerah (Puslatda) atau Training Center (TC) Sentralisasi sebagai persiapan menuju PON XVII, serta memsukseskan tekad Kaltim untuk menuju Lima Besar. Seluruh atlet, pelatih, dan ofisial Kaltim dikumpulkan di Kompleks Stadion Madya Sempaja.

Ditandai dengan apel akbar, TC Sentralisasi tersebut berlangsung dalam upacara sederhana di halaman parkir Sempaja, di mana Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Kaltim Yurnalis Ngayoh jadi inspektur upacara.

Bendera setengah tiang sebagai tanda turut berduka cita atas wafatnya mantan Presiden Soeharto juga terlihat di tengah-tengah arena upacara. .

Yel-yel “Hidup Kaltim!” dan “5 Besar Yes!” terdengar usai upacara ketika peserta berada dalam ruang gedung serbaguna.

Dalam kesempatan tersebut, Ngayoh meminta agar pelaksanaan TC Sentralisasi bisa berlangsung dengan baik dan terus mengarah kepada perbaikan.

KONI Kaltim, KONI kota/kabupaten, dan pengurus provinsi (pengprov) cabang olahraga, diharapkan Ngayoh, ikut mendukung dan membantu demi tercapainya target 5 besar tersebut.

“Persiapan kita menuju PON dan meraih prestasi, perlu biaya besar dan pemikiran yang matang. Karena itu, saya harapkan semua bisa menggunakan kesempatan yang ada dengan baik. Semua harus bersatu padu demi sukses kita sebagai tuan rumah PON dan sukses meraih posisi 5 besar,” tegasnya.


Atlet sofbol Kaltim M Said jadi pembaca janji atlet pada upacara kemarin yang berlangsung kurang dari setengah jam. Seluruh atlet dikumpulkan berdasarkan nomor cabang olahraga masing-masing, yaitu cabang olahraga terukur, permainan, dan bela diri.

Komandan Puslatda Zuhdi Yahya melaporkan kesiapan terakhir peserta TC Sentralisasi. Dimulainya TC Sentralisasi sekaligus menandai berakhirnya TC Desentralisasi Mandiri yang sudah digelar KONI.

Usai upacara, dilanjutkan dengan ramah-tamah dan pembagian bonus untuk atlet peraih medali emas SEA Games XXIV Thailand dari KONI Kaltim dan Ketua DPRD Herlan Agussalim berupa umrah serta pemberian bonus atlet peraih medali di Sukan Borneo II Sabah, Malaysia, akhir tahun lalu.

Penandatanganan kerja sama antara KONI Kaltim dengan Asuransi Bumi Putra Muda melengkapi acara tersebut. Seluruh peserta puslatda memang diasuransikan oleh KONI Kaltim hingga pelaksanaan PON mendatang. Atraksi dari cabang olahraga tarung derajat, kempo, pencak silat, dansa, serta peragaan busana kontingen Kaltim untuk PON menambah meriah acara di gedung serbaguna, ditambah lagi pemberian door prize kepada atlet dan pelatih yang beruntung, dengan hadiah utama berupa umrah.

Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kaltim kumpulkan hampir seribu baik atlet, pelatih, atlet sparing parter, dan ofisial teknik cabang olahraga di apel akbar di lapangan upacara Stadion Madya Sempaja Samarinda.

Apel bakal diikuti 902 peserta dari 41 cabang olahraga. Mereka terdiri dari atlet sejumlah 579 orang, 154 pelatih, 25 ofisial teknik, dan 144 sparing partner. Ketua Panitia Apel, Achmad Subhan, Rabu (29/1), mengungkap, hingga Rabu kemarin dirinya mendapat kepastian kalau seluruh atlet Kaltim yang terjun ke SEA Games 2007 Thailand bakal hadir.

Ditambahkannya, apel berlangsung untuk memperlihatkan bahwa Kaltim memang siap mewujudkan ambisi itu.

"Di sini ada ikrar mencapai lima besar. Ikrar ini laporan komandan puslatda pada gubernur. Apel jadi bentuk keseriusan kami," tutur Subhan usai gladi bersih apel akbar.

Apel akbar sekaligus menjadi awal dimulainya training camp atau disebut juga pemusatan latihan skala daerah (puslatda) atau sentralisasi. Sentralisasi merupakan program latihan khusus di bawah pengawasan KONI Kaltim jelang PON XVII.

Atlet yang berkumpul ini merupakan atlet yang selama ini terdaftar di program desentralisasi. Selama ini mereka berlatih di daerah masing-masing dan camp pelatihan di sejumlah daerah baik di kota/kabupaten di Kaltim atau sejumlah daerah di luar Kaltim. Seluruh atlet Kaltim ini lantas dikumpulkan. Sentralisasi terpusat di Stadion Madya. Mereka akan menggunakan seluruh fasilitas sempaja selama enam bulan hingga jelang pelaksanaan PON XVII pada 6-18 Juli 2008


- Tekad Lima Besar


Sudah menjadi tradisi bahwa tuan rumah setiap event olahraga berambisi menjadi juara umum, namun bagi Kalimantan Timur yang siap menjamu tamunya pada PON XVII-2008 menyadari bahwa sangat sulit untuk mengggeser dominasi kekuatan olahraga nasional yang masih berkiblat ke DKI serta empat provinsi di Jawa.

Target paling rasional adalah bukan sebagai juara umum namun masuk dalam elit lima besar.

Mencapai sasaran KONI Kaltim itu agaknya pada 2008 memiliki optimistis besar berdasarkan data dan "analisa historikal", baik level PON XVI-2008 Palembang, sejumlah Kejurnas, event terbuka (open), SEA Games 2008 Thailand, termasuk pertandingan persahabatan dengan Malaysia Sukan II di Serawak 2007.

Agar masuk elit lima besar, maka Kaltim minimal harus merebut 45 medali emas pada PON XVII-2008 dari 43 cabang olahraga (Cabor) yang dipertandingkan dari 736 nomor tanding.

Berdasarkan data, dalam beberapa PON terakhir, ekskalasi perolehan medali terus meningkat. Misalnya, pada PON XV-2000 Lampung, Kaltim meraih 19 medali emas, sedangkan pada PON XVII-2004 Palembang, Kaltim berhasil mengantongi 30 medali emas, sehingga untuk meraih 45 emas bukan hal yang terlalu muluk.

Berdasarkan hasil Kejurnas Junior 2005, Kaltim memperoleh 45 emas dan Kejurnas senior 2006, Kaltim berhasil 79 emas. Bahkan beberapa Cabor, Kaltim sempat menjadi juara umum seperti angkat berat dan gulat, meskipun hasil Kejurnas Anggar di Samarinda, beberapa waktu hasilnya sangat mengecewakan.

Pada ajang lebih bergengsi seperti SEA Games, atlet Kaltim berhasil mengharumkan nama bangsa dengan enam emas dari angkat berat dan balap sepeda.

Cabor (cabang olahraga) yang kini menjadi andalan Kaltim, yakni gulat, squash dan panjat tebing, namun Cabor lain pada beberapa Kejurnas menunjukan prestasi yang signifikan, antara lain angkat berat, sepeda dan
taekwondo, kempo dan para layang.

Diam-diam tim sepakbola Kaltim yang kini ditangani oleh mantan pemain nasional, Fachry Husaini menunjukan prestasi yang "mengejutkan" dilihat dari beberapa hasil ujicoba melawan tim papan atas termasuk Timnas persiapan Piala Asia beberapa waktu lalu.

Bahkan, dalam Sukan Borneo II di Serawak, tim Sepakbola PON Kaltim tampil gemilang tidak pernah kalah dan menjadi juara dengan menundukan tuan rumah serawak, 2-1.

"Kita menyadari bahwa rasanya mustahil untuk menjadi juara umum pada PON XVII-2008 namun untuk masuk dalam elit lima besar sangat rasional apabila melihat data prestasi dalam beberapa event. Bahkan, khusus pada Kejurnas kini Kaltim masuk dalam empat besar, setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat dan di atas Jawa Tengah," kata Plh. Ketua Umum KONI Kaltim, Zuhdi Yahya.


Zuhdi menilai bahwa wajar daerah seperti DKI dan provinsi di Jawa menjadi kiblat olahraga nasional karena penduduknya memang lebih banyak, serta lebih maju dalam segala hal ketimbang daerah di luar DKI dan Jawa, sehingga atlet berprestasi di daerah lebih banyak yang pindah ke pusat kota.

Bahkan, katanya, banyak atlet yang memperkuat DKI dan empat provinsi di Jawa ternyata berasal dari Kaltim, khususnya mereka yang berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa dengan alasan berdomisili di daerah itu karena menuntut ilmu.

KONI Kaltim sebagai sebuah organisasi yang bertanggung-jawab dalam hal prestasi atlet telah memiliki beberapa stategi dalam mencapai ambisi tersebut.

Berdasarkan data dan "analisa historikal" itu, maka asumsi terendah pencapaian target, yakni apabila hasil Kejurnas Senior Tahun 2006 hanya mencapai 50 persen dikalikan 79 emas maka Kaltim meraih sekitar 39 emas sedangkan masuk lima besar harus meraih 45 emas.

Menutupi kekurangan itu, Kaltim tidak ingin terlalu berspekulasi dengan data perkiraan kekurangan mendali tersebut, namun harus meraih kepastian dari atlet-atlet transfer yang benar-benar dinilai bisa menyumbangkan emas.

Asumsi perolehan medali emas dari atlet transper yang bergabung ke Kaltim --termasuk atlet asal Kaltim yang kembali ke daerah, eks Mutasi atlet PORPROV III Tahun 2006 dari KONI kabupaten dan kota saat ini tercatat 29 Atlet-- maka perkiraannya hanya tercapai 50 persen dikalikan 29 terdapat 14 emas, sehingga Kaltim akan meraih 53 emas (39 ditambah 14 emas).

"Ini hitung-hitungan di atas kertas, yang jelas berbagai program pembinaan baik kepada atlet transfer dan lokal tersebut dilaksanakan mulai dari Desentralisasi Mandiri dan Puslatda atau Sentralisasi B-MPE (Bangga Meraih Prestasi Emas) terus berjalan dengan baik," katanya.

Dalam membagi tugas untuk meraih lima besar itu, maka KONI Kaltim, belum lamannya telah membentuk Puslatda yang dipusatkan di Stadion Madya Sempaja Samarinda yang langsung dipimpin oleh Zuhdi Yahya. Puslatda ini akan segera aktif pada awal Januari 2008.

"Waktu enam bulan menjelang PON benar-benar kita manfaatkan untuk mengoptimalkan persiapan para atlet," katanya.

Sementara itu, Ketua DPRD Kaltim, Herlan Agussalim menilai bahwa Kaltim jangan cepat puas dengan data-data dan "analisa historikal" itu karena beberapa daerah tentunya tidak berdiam diri menghadapi PON pertama di regional Kalimantan tersebut.

Mengingat saingan Kaltim seperti Sulsel, Jambi, Papua dan Lampung terus menunjukan prestasi signifikan dalam beberapa PON dan Kejurnas.

Dalam memotivasi semangat atlet, Kaltim harus "merogoh kocek" lebih dalam yang disiapkan melalui dana APBD, yakni bonus Rp150 juta bagi setiap atlet peraih emas.

"Beri aku emas, aku beri bonus," begitu motivasi Herlan kepada para atlet pada setiap momentum pertemuan.

Herlan juga mengingatkan bahwa setiap dengan tri sukses PON XVII-2008 Kaltim, maka selain sukses prestasi, masih ada sukses penyelengaaran dan sukses pemberdayaan ekonomi rakyat.

"Kita berharap pihak PB (Panitia Besar) PON benar-benar fokus dalam kegiatannya seperti telah ditunjukan KONI Kaltim. Kita tidak ingin hanya mengejar sukses prestasi namun melupakan para tamu serta rakyat Kaltim sendiri untuk meraih dampak ekonomi dari event nasional ini," katanya.

PON di Kaltim diperkirakan dan diharapkan menjadi Pekan Olahraga Nasional terbesar dan terbaik selama 17 kali penyelenggaraannya. Mengejar ambisi itu, maka Kaltim telah berjanji untuk menggratiskan akomodasi dan transportasi selama di Kalimantan Timur.

Kaltim kini telah menyelesaikan satu lokasi untuk sentralisasi berbagai Cabor, yakni Stadion Madya Sempaja Samarinda. Serta dalam proses finishing, yakni Stadion Utama Palaran dengan dana sekitar Rp1 triliun. Selain itu, tujuh kabupaten dan kota di Kaltim sebagai tempat penyelenggara sedang berbenah-benah membangun berbagai fasilitas olahraga.

Tamu yang diperkirakan hadir antara 15.000-20.000 atlet, ofesial dan wartawan, belum termasuk seporter sehingga khusus dalam jumlah massa yang hadir, maka PON XVII-2008 dianggap terbesar dan termeriah.

Dengan terbangunnya berbagai sarana olahraga, Kaltim kini tidak hanya siap menjadi tuan rumah berbagai event nasional namun juga internasional. Termasuk tekad menjadi tuan rumah Sukan Borneo IV 2011.

"Kaltim harus lobi dan minta tanda tangan dari negara bagian-negara bagian yang ada di Malaysia bila ingin jadi tuan rumah Sukan 2011 nanti," tutur Pengerusi Urusetia Sukan Borneo II 2007, Hamdan Haji Sharbini.

Hal sama juga diungkapkan Ketua Kontingen Kaltim, H Harbiansyah Hanafiah. Dia menuturkan, dirinya sempat menyampaikan niat ini pada Menteri Pembangunan Sosial dan Urbanisasi Serawak, YB Dato Sri William Mawan, di pembukaan Sukan Borneo.

Sri William dan Hamdan berada di pembukaan Sukan Borneo. Keduanya hadir bersama sejumlah petinggi pemerintahan negeri Sarawak. Pembukaan yang berlangsung cukup meriah di Stadium Perpaduan, Komplek Perbadanan Stadium Negeri Sarawak, pukul 21.00.

Pembukaan diikuti tujuh kontingen. Selain Kaltim, ada Kalimantan Barat, Sarawak, Sabah, Terengganu, Brunai Darussalam, dan Labuan. Sejumlah sekitar 700 orang ikuti pembukaan ini. Sukan Borneo sendiri berlangsung dari 27 November - 2 Desember 2007.

Sukan Borneo merupakan pertandingan olahraga dua tahunan antar negara bagian di Malaysia. Mereka mengundang empat provinsi Indonesia di Kalimantan. Mereka pertandingkan belasan cabang olahraga. Sukan dikelola oleh kementrian pembangunan sosial dan urbanisasi Sarawak. Hamdan mengungkapkan, bidang olahraga di dalam negeri Sarawak ditangani oleh kementrian pembangunan sosial dan urbanisasi ini.

Sementara itu, Harbiansyah menambahkan, perhelatan olahraga ini tentu akan menguntungkan Kaltim dan tiga provinsi Indonesia di Kalimantan. Selain Kaltim bisa kemajuan olahraga juga makin erat hubungan kerja sama dengan negara-negara di Malaysia. "Jadi tak ada lagi berebut Sipadan-Ligitan," tuturnya.

Selain Sukan Borneo, Kaltim juga telah berulangkali melakukan pertandingan persahabatan dengan Malaysia melalui payung kerjasama Sosek Malindo (Sosial Ekonomi Malaysia-Indonesia).

Ke depan, Kaltim ini terus menggelar berbagai kejuaraan di daerah itu, bukan hanya lebel nasional juga internasional, termasuk SEA Games, hal itu bukan mustahil karena sudah memiliki berbagai fasilitas olahraga bertaraf internasional, apalagi sejumlah atletnya juga mencatat prestasi dunia, khususnya di bidang angkat berat, bersepeda dan gulat.