Oleh Iskandar Zulkarnaen
Sampai kini masih dipertentangkan apa sesungguhnya yang diperoleh Kalimantan Timur dalam menyelenggarankan PON XII-2008, bahkan ada yang menilai hanya menghambur-hamburkan uang rakyat, benarkan demikian ?
PON XVII Kalimantan Timur 2008 yang dibuka secara resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 5 Juli sudah bergulir separuh jalan, dan tanda-tanda ambisi tuan rumah menembus lima besar tampaknya akan sukses.
Kaltim sesuai data resmi dari PB PON XVII pada Jumat malam (11/7) sudah meraup 62 emas, 62 perak dan 57 perunggu, atau untuk sementara (PON ditutup 17 Juli) menduduki peringkat kedua setelah Jatim dengan perolehan 76 emas, 67 perak dan 51 perunggu.
Dengan perolehan itu, maka ambisi Kaltim agak bisa terwujud mengingat semula berdasarkan perhitungan "di atas kertas" dengan mengumpulkan 45 mendali emas, Kaltim sudah bisa menduduki peringkat lima besar dari sekitar 700 medali emas yang diperebutkan.
Melihat peluang Kaltim yang terus menambah pundi-pundi emasnya, maka bukan tidak mungkin hasil akhir PON itu, Kaltim bukan saja berada pada posisi lima besar, namun bisa menyodok empat atau tiga besar.
Dengan data itu, maka tekad Kaltim mencapai tri-sukses pada PON pertama di regional Kalimantan sudah tercapai, yakni sukses prestasi.
Bagaimana dengan "dua sukses" yang lain, yakni sukses penyelenggaraan dan sukses pemberdayaan ekonomi rakyat?
Mengenai sukses penyelenggaraan meskipun masih banyak kelemahan di sana-sini, namun secara umum dianggap berhasil karena tidak ada pertandingan yang dibatalkan akibat venues tidak siap.
"Kalau kita berkaca dengan PON sebelumnya, maka penyelenggaraan PON di Kaltim termasuk berhasil," kata Plh. Ketua Umum KONI Kaltim Zuhdi Yahya.
Zuhdi yang pada PON XVI Sumsel 2004 sebagai Wakil Komandan Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Kaltim merasakan bagaimana nasib sejumlah atlet, pelatih dan ofisial Kaltim "terlantar" saat di Palembang 2004 karena rumah yang disediakan panitia ternyata tidak memiliki tempat tidur/kasur dan air bersih.
Bahkan, pada partai puncak final sepakbola terjadi insiden memalukan sepanjang perjalanan multi-event itu gara-gara stadion utama tidak memiliki lampu penerangan untuk pertandingan malam hari saat pertandingan ada penambahan waktu karena hasil draw (1-1). Hasilnya, lahir juara bersama antara Papua dan Jatim karena keduanya tidak hadir saat pertandingan dilanjutkan.
Bagaimana dengan sukses pemberdayaan ekonomi rakyat? Sukses terakhir ini jarang sekali disinggung oleh pemberitaan pers, bahkan cenderung "terlupakan" di tengah gemuruh pesta akbar olahraga nasional itu.
Namun, tanpa ada kritikan tajam dari pers maupun pengamat ekonomi, ternyata sukses pemberdayaan ekonomi rakyat berjalan terlebih dahulu sebelum tercapainya sukses penyelenggaraan dan sukses prestasi.
Sejak Ditetapkan
Sukses pemberdayaan ekonomi rakyat sudah terasa sejak Kaltim secara resmi ditetapkan sebagai tuan rumah PON sesuai persetujuan dari Presiden Megawati yang kemudian diikuti dengan SK KONI Pusat No. 52 Tahun 2002 tanggal 8 Juli 2002 tentang Penunjukan Kaltim sebagai tuan rumah PON XVII-2008.
Begitu Kaltim ditetapkan secara resmi sebagai tuan rumah PON, investor berlomba-lomba membangun hotel, restoran dan fasilitas umum lain menunjang PON. PB PON didukung Pemprov dan DPRD Kaltim segera menyusun anggaran untuk membuat sejumlah venues.
Pembangunan sejumlah venues pada sejumlah lokasi yang dulunya sepi bahkan kawasan hutan (seperti di Stadion Utama Palaran Samarinda Seberang) telah berubah menjadi kawasan pertumbuhan baru dengan terbukanya akses jalan beraspal mulus.
Harga tanah di sekitar kawasan venues meningkat karena ada akses jalan, dan peluang usaha terbuka bagi warga setempat untuk membuka penginapan, warung dan toko. Lahan-lahan tidur sekitar venues kini digarap warga setempat karena sudah ada akses jalan untuk memudahkan mereka dalam memasarkan hasil pertaniannya.
"Dampak bagi pemberdayaan ekonomi rakyat sudah terasa ketika Kaltim ditetapkan sebagai tuan rumah PON," kata salah seorang pengusaha di Kaltim yang juga mantan atlet Pra PON Kaltim 1984, Hermanto.
Mantan pemain voli junior terbaik Kaltim pada 1980-an itu mengaku bahwa kemajuan perekonomian Kaltim luar biasa setelah ditetapkan menjadi tuan rumah PON.
"Kemajuan paling terasa adalah terbukanya kawasan permukiman baru di sekitar venues, baik di Samarinda maupun di lima kota penyelenggara lainnya. Jadi benar dikatakan, bahwa transportasi adalah urat nadi perekonomian rakyat, dengan terbukanya kawasan baru maka mendorong perkembangan ekonomi di sekitarnya," kata Hermanto.
Hal itu diakui Walikota Tarakan Yusuf Serang Kasim yang merasakan langsung dampak ekonomi dari PON tersebut.
"Pemkot Tarakan bahkan untuk sementara terpaksa menghentikan izin untuk membangun hotel karena menjamurnya hotel di kota ini dalam menyambut PON, yakni mencapai 30 hotel dan kami anggap sudah mencapai titik jenuh," katanya.
Ia membantah bahwa hotel-hotel yang dibangun untuk menyambut PON itu akan sepi hunian pasca PON, terbukti bahwa hotel tersebut umumnya dibangun dua tahun sebelum pelaksaan event tersebut namun terbukti tingkat huniannya ideal.
Sejarah mencatat bahwa apa yang dicapai Kaltim saat ini tidak terlepas dari peranan mantan Gubernur Kaltim H Suwarna Abdul Fatah yang kini menjalani masa hukuman terkait korupsi lahan sejuta hektare, yang ditangani proses hukumnya oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
Terlepas dari persoalan hukum korupsi lahan sawit sejuta hektare, Suwarna menjadi tokoh sentral dalam membangun Kalimantan Timur selama delapan tahun terakhir.
Trilogi Pembangunan
Suwarna yang sebelumnya menduduki jabatan sebagai Wakil Gubernur Kaltim merasakan sekali tentang kebenaran istilah "Kaltim kaya tapi miskin". Dengan nilai PDRB saat itu sekitar Rp80 triliun (1990-an) maka Kaltim tercatat sebagai provinsi terkaya nasional, namun jumlah desa miskinnya hampir 70 persen dari 11.000 desa di Kaltim.
Keterbelakangan desa itu salah satu faktor penyebabnya adalah kelemahan infrastruktur perhubungan. Persoalan itu dilihat Suwarna dengan mata kepala sendiri saat sering ke lapangan karena sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya sebagai Wakil Gubernur Bidang Pengawasan dan Pembangunan.
Begitu mendapat amanah sebagai Gubernur Kaltim 1998-2003 ia segera membuat konsep pembangunan untuk melepaskan tiga masalah utama di Kaltim yang kemudian melahirkan skenario besar melalui program "Trilogi Pembangunan", yakni Pembenahan Infrastruktur, Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), dan Pengembangan Pertanian Dalam Arti Luas.
Dari program itu, secara bertahap Lintas Kalimantan di Kaltim untuk poros utara, poros tengah dan poros selatan terbuka. Misalnya, perjalanan Samarinda-Bulungan yang dulunya harus melewati jalan-jalan HPH (Hak Pengusahaan Hutan) dicapai selama 10 hari, kini bisa dilalui sekitar 12-15 jam.
Ia bertekad merebut status tuan rumah PON XVII-2008 karena sejalan dan selaras dengan program Trilogi Pembangunan. "Kini masyarakat bisa merasakan sendiri bahwa PON telah menjadi lokomatif pembangunan di Kaltim yang sejalan dengan Trilogi Pembangunan itu," katanya.
Dari sisi peningkatan SDM, PON di Kaltim tidak saja melahirkan banyak atlet berbakat serta transfer ilmu dari atlet mutasi, namun Menpora sudah menyetujui pembangunan Sekolah Olahraga pada 2009 di Samarinda, artinya kiblat olahraga yang dulunya hanya fokus di Pulau Jawa kini sebagian beralih ke Kaltim.
Dari sisi pembangunan, khusus di Samarinda kini akan memiliki sedikitnya enam mal, puluhan hotel berbintang dan melati dengan fasilitas bintang serta berhasil dibangunya megaproyek yang menjadi "landmark" Kota Samarinda, yakni masjid megah Islamic Center yang disebut-sebut terbesar di kawasan Asean (7,5 Ha).
Selain sebagai alat perekat bangsa, agaknya PON yang menjadi bagian dari skenario besar untuk menuntaskan masalah "klasik Kaltim", yakni kelemahan infrastruktur, tertinggalnya SDM serta kurang optimalnya pemanfaatan potensi pertanian, kini telah menunjukkan kemajuan sangat signifikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar