Senin, 05 November 2012
Hendarji: PON berarti strategis Bentuk Kakarter Bangsa
Samarinda - Mantan Wakil Ketua I (Bidang Pembinaan Prestasi Olahraga) KONI Pusat Hendardji Soepandji menilai bahwa apapun alasannya maka tidak ada dalih pembenaran yang tepat untuk menghapus Pekan Olah Raga Nasional (PON).
"Tidak ada 'event' skala nasional yang begitu banyak melibatkan orang, juga bisa mempertemukan dan mempersatukan berbagai suku, berbagai bahasa bahasa daerah, berbagai golongan, berbagai agama seperti PON," kata kata mantan salah satu kandidat gubernur DKI Jakarta 2012-2017 itu di Samarinda, akhir pekan ini.
Hal itu diungkapkannya Ketua Umum Organisasi induk karate se-Indonesia (Forki) tersebut menanggapi pernyataan Wakil Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Utut Adianto di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, belum lama ini yang meminta agar pemerintah mempertimbangkan untuk menghapus PON.
Alasan Utut, penyelenggaraan PON selama ini dianggap selalu memberatkan APBD yang menjadi tuan rumah.
persoalan paling krusial, imbuh Utut adalah setelah PON gedungnya tidak bisa dipelihara oleh daerah mana pun.
Utut menambahkan bahwa kini tidak ada negara selain Indonesia yang menggelar event seperti PON. Negara yang terakhir menggelar "event" seperti PON adalah Uni Soviet pada 1984.
"Semua orang yang hadir dalam acara PON, baik atlet, pelatih, ofesial dan penggembira tidak ada yang mempersoalkan suku, golongan dan agama, semuanya menggunakan bahasa satu, yakni upaya bangsa Indonesia menunjukan sportifitasnya dan bersaing secara jujur dan bermartabat," ujar Mayjen TNI Purnawiran Hendardji yang pernah menjadi Komandan Pusat Polisi Militer (Danpuspom) 2006 juga Asisten Pengamanan Kepala Staf Angkatan Darat pada 2008.
"Hanya olaraga yang bersih dari persaingan yang tidak sehat karena sekali berbuat curang maka akan mendapat hukuman, dan yang terberat adalah sanksi sosial sehingga peran PON sangat strategis dalam membentuk karakter bangsa Indonesia," ujar lulusan Akademi Angkatan Bersenjata RI 1974 itu.
"Apalagi, dari sejarahnya PON dibentuk untuk pemersatu bangsa Indonesia sehingga jika ingin menjadi bangsa besar, maka jangan sekali-sekali melupakan sejarah, " imbuh Mayjen TNI Purnawirawan itu mengutip kalimat Sang Praklamator Bung Karno.
"Memang benar, seperti kita lihat selama 18 kali penyelenggaraannya, yakni terakhir PON 2012 di Riau belum lama ini banyak kelemahan di sana-sini namun seharusnya masalah itu yang diperbaiki agar kualitasnya terus meningkat, bukan meniadakan PON,¿ katanya menegaskan.
Kunci Sukses Kaltim
Menyinggung kunci sukses prestasi Kaltim dalam dua PON terakhir, ia menilai bahwa kunci utama sukses Kalimantan Timur pada dua kali Pekan Olahraga Nasional (PON) karena spirit juang luar biasa.
"Spirit juang luar biasa ini yang saya lihat sebagai salah satu kunci sukses Kaltim pada dua PON terakhir ini," katanya.
Selain itu dana pembinaan yang besar, ditambah program yang bagus akan kurang berarti jika tampa didukung oleh mental juang baik saat berlatih pada tahap bersiapan maupun saat tanding.
Kaltim di PON XVIII-2008 Kaltim pada posisi tiga besar, dan PON XVIII-2012 Riau peringkat lima.
Kaltim juga berhasil membina beberapa cabang olahraga yang didominasi oleh atlet lokal dengan prestasi sangat luar biasa, misalnya gulat yang cuma ditargetkan 10 emas namun dari 21 yang diperebutkan, 14 emas diraih atlet Kaltim. Bahkan, sepak bola berhasil mengukir sejarah karena selama ini tidak pernah masuk final ternyata meraih satu emas.
"Salah satu upaya Kaltim dalam mendorong spirit atletnya, yakni dengan memberikan bonus besar," imbuhnya.
Kaltim termasuk daerah terbesar memberikan bonus, yakni pada PON 2008 mencapai Rp150 juta dan PON 2012 sebesar Rp250 juta per medali emas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar