Sabtu, 31 Maret 2012

Mampukah Kaltim Pertahankan 3 Besar Di PON Riau

Menjelang PON XVIII-2012 di Riau yang resmi akan dibuka 9 September tahun ini, ada sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik, yakni mampukan Kalimantan Timur mempertahankan prerstasi tiga besar (setelah Jatim dan DKI) seperti diraih pada PON XVII-2008 di Kaltim. Pertanyaan ini cukup menggelitik karena Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak sudah dengan lantang pada berbagai kesempatan meneriakkan target tiga besar. Sementara itu, pihak KONI selaku induk olahraga notabene yang mengurus prestasi atlet tidak pernah mengeluarkan hal itu, kecuali kalimat karet "mempertahankan prestasi emas" (tidak menyebut peringkat). Ada istilah dalam olahraga bahwa semuanya mungkin terjadi "selama bola itu bulat, maka kesempatan selalu ada" itu bahasa yang tetap optimistis. Tapi, meskipun "bola itu bulat" namun bagaimana peluang Timnas, misalnya harus melawan Barca. Di sini menunjukan bahwa dalam dunia olahraga juga ada hitungan logis dalam mencapai target. Hitung-hitungan peluang Kaltim raih mempertahankan prestasi tiga besar di Riau, maka haruslah melihat "histori" mengapa Kaltim bisa meraih prestasi monumental dan fenomenal pada PON XVII-2008 Kaltim. Alasan sangat logis, yakni sebagai tuan rumah (PON 2008) maka Kaltim otomatis tidak perlu mengikuti prakualifikasi PON sehingga dengan "full team" bisa mengikuti 43 cabang olahraga yang dipertandingkan. Semangat sebagai tuan rumah juga didukung dana yang besar sehingga bisa tidak ada persoalan untuk melaksanakan pemusatan latihan daerah (Puslatda) dengan waktu panjang sekitar satu tahun serta frekuensi cukup untuk "try out" dalam dan luar negeri. Kaltim yang karena keuntungan sebagai tuan rumah harus mengikuti seluruh cabang olahraga namun tidak semua cabang atau nomor tersedia atletnya sehingga harus transfer atlet. Sudah tentu Kaltim tidak ingin mengambil atlet kelas dua
dalam transfer itu. Akhirnya, Kaltim dengan raihan 116 medali emas, 110 perak dan 115 perunggu berada di peringkat tiga atau mengungguli Jawa Barat yang menguntit di posisi keempat dengan 101 medali emas, 84 perak dan 130 perunggu. Jawa Timur jadi juara umum dengan mengumpulkan 139 medali emas, 114 perak dan 111 perunggu menggeser dominasi DKI Jakarta yang selalu menjadi langganan juara umum PON dengan 122 medali emas, 118 perak, dan 123 perunggu. PON Kalimantan Timur itu cabor yang dipertandingkan sebanyak 43 buah dengan 749 nomor yang memperebutkan 749 emas 749 perak dan 962 perunggu. Sedangkan PON Riau mempertandingkan 39 cabang olahraga yang terdiri atas 555 nomor pertandingan. Jumlah medali yang akan diperebutkan adalah 555 medali emas, 555 medali perak dan 729 medali perunggu. Jatim guna mempertahankan prestasinya di Riau harus meraih 20-23 persen atau dianggap realistis 125 medali emas agar juara umum, melihat perjalanan POn sebelumnya, maka peringkat dua dan tiga sekitar 100-an lebih mendali emas.Padahal data terbaru prestasi Kaltim, yakni hasil prakualifikasi PON sekitar 46 emas ditambah hasil SEA Games (berarti tidak perlu ikut Pra PON) adalah sekitar 18 emas jadi total atlet prestasi emas ada 64. Artinya, 200-an mendali emas diperebutkan setelah peringkat satu, dua, tiga memborong lebih dari 300-an mendali emas. Sekiranya beruntung atau para atlet penyumbang emas di Pra PON dan SEA Games kembali mengulang prestasinya maka Kaltim dengan 64 emas akan duduk peringkat berapa ? tampaknya dengan modal 60-an medali emas maka peringkat yang mungkin diraih Kaltim berkisar antara 6,7,8 dan 9. Otak-atik angka sesuai obrolan warung kopi itu kian mendekati kemungkinan benar melihat dukungan dana dari pemerintah daerah setempat, KONI Kaltim mengajukan usulan dana untuk program meraih prestasi emas Rp200 miliar namun yang disetujui hanya Rp80 miliar, ibaratnya seperti orang naik beja minta selamat tetapi ongkosnya ditawar-tawar hingga separuh harga "mau selamat koq bayar murah" ujar tukang beja....hehehe...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar