Sabtu, 31 Maret 2012
Peluang Kaltim Raih Tiga Besar PON Riau 2012
"Mampukah Kaltim pertahankan peringkat tiga besar di PON Riau 2012 ? " Itu pertanyaan menggelitik bagi insan olahraga di Kalimantan Timur, menjelang pembukaan PON XVIII di Riau pada 9 September 2012, yakni mampukah delegasi Kaltim mempertahankan prestasi monumental dan fenomenal seperti PON XVII-2008 Kaltim, yakni tiga besar.
Kaltim pada PON 2008 mencatat sebuah prestasi monumental dan fenomenal. Bagaimana tidak, pada PON XVI-2004 di Palembang hanya peringkat sembilan namun pada kegiatan yang sama empat tahun kemudian mampu "meloncat" enam tingkat untuk bertengger di posisi tiga besar, setelah Jawa Timur dan DKI Jakarta.
Prestasi itu memang mencengangkan, selain mencatat diri sebagai daerah pertama di Kalimantan yang menjadi tuan rumah pesta akbar olahraga nasional, juga provinsi pertama di regional Kalimantan yang meraih prestasi tiga besar.
Hasil itu juga bisa dibandingkan dengan PON XVI-2004. Saat itu, Palembang selaku tuan rumah mematok target dianggap paling rasional, yakni lima besar. Alasannya, karena selama ini posisi peringkat satu sampai lima selalu didominasi oleh tiga provinsi di Pulau Jawa (Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah) ditambah DKI Jakarta, dan ternyata target Palembang menduduki lima besar tercapai.
PON 2008, Kaltim juga hanya menargetkan lima besar namun keberhasilan atletnya dalam mengumpulkan pundi-pundi medali emas jauh melampaui target bahkan mampu mengalahkan dominai Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Kaltim dengan raihan 116 medali emas, 110 perak dan 115 perunggu berada di peringkat tiga atau mengungguli Jawa Barat yang menguntit di posisi keempat dengan 101 medali emas, 84 perak dan 130 perunggu.
Jawa Timur jadi juara umum dengan mengumpulkan 139 medali emas, 114 perak dan 111 perunggu menggeser dominasi DKI Jakarta yang selalu menjadi langganan juara umum PON dengan 122 medali emas, 118 perak, dan 123 perunggu.
Sebelum melihat tantangan dan peluang Kaltim di Riau pada 2012, maka haruslah melihat "histori" mengapa Kaltim bisa meraih prestasi monumental dan fenomenal pada PON XVII-2008 Kaltim.
Alasan sangat logis, yakni sebagai tuan rumah (PON 2008) maka Kaltim otomatis tidak perlu mengikuti prakualifikasi PON sehingga dengan "full team" bisa mengikuti 43 cabang olahraga yang dipertandingkan. Tercatat sekitar 1.000 atlet ikut dalam program Puslatda (Pemusatan Latihan Daerah) di Sempaja Samarinda selama satu tahun.
Semangat sebagai tuan rumah juga didukung penuh oleh "political will" (kemauan politik) dari Pemprov dan DPRD setempat sehingga tersedia dana yang proporsional untuk melaksanakan pemusatan latihan daerah (Puslatda) dengan waktu panjang atau sekitar satu tahun serta frekuensi "try out" dalam dan luar negeri memadai.
Kaltim pada PON 2008 yang karena keuntungan sebagai tuan rumah harus mengikuti seluruh cabang olahraga namun tidak semua cabang atau nomor tersedia atletnya sehingga harus transfer atlet. Sudah tentu Kaltim tidak ingin mengambil atlet kelas dua namun pasti memilih atlet berpotensi emas.
Bonus Rp150 juta bagi peraih emas PON 2008 yang diumumkan lebih awal jadi pemicu semangat atlet karena Kaltim menjadi daerah terbesar menyiapkan bonus atletnya.
Bagaimana kondisi sekarang yang menjadi tantangan Kaltim di PON Riau, tantangan pertama, yakni Kaltim wajib mengikuti prakualifikasi (Pra) PON sehingga atlet yang lolos ke Riau dan saat ini mengikuti program persiapan di Puslatda Sempaja Samarinda tercatat 452 atlet, ditambah 130 pelatih, official dan manajer untuk 39 cabang olahraga.
Tantangan kedua, PON 2012 hanya mempertandingkan 39 cabang olahraga, padahal dari cabang yang tidak dipertandingkan di Riau, yakni dansa, drumband dan hoki, Kaltim pada PON 2008 meraih 18 emas. PON Kalimantan Timur tercatat ada 43 cabang olahraga yang dipertandingkan dengan 749 nomor yang memperebutkan 749 emas 749 perak dan 962 perunggu.
Sedangkan PON Riau mempertandingkan 39 cabang olahraga yang terdiri atas 555 nomor pertandingan. Jumlah medali yang akan diperebutkan adalah 555 medali emas, 555 medali perak dan 729 medali perunggu.
Tantangan ketiga, persiapan Kaltim menghadapi PON 2012 tampaknya tidak sebaik saat menghadapi PON 2008. Misalnya, program Puslatda kurang dari enam bulan, yakni dilaksanakan awal Maret 2012 dan berakhir di awal September tahun ini. Masalah ini terkait masalah dukungan pendanaan, KONI mengusulkan dana persiapan sekitar Rp200 miliar namun yang disetujui dalam APBD Kaltim 2012 hanya sekitar Rp80 miliar.
Tantangan keempat adalah pencapaian prestasi di Pra PON, yakni Kaltim meraih 46 emas ditambah hasil SEA Games (berarti tidak perlu ikut Pra PON) adalah sekitar 18 emas jadi total atlet prestasi emas ada 64. Padahal untuk mernduduki peringkat satu, dua dan tiga, maka berdasarkan data beberapa PON terakhir maka sebuah daerah (provinsi) harus bisa meraih 100 lebih medali emas.
Jawa Timur, misalnya, menargetkan harus mampu meraih 20-23 persen medali emas dari total yang tersedia untuk menjadi juara umum. Jatim memperkirakan minimal mampu mengumpulkan 125 medali emas maka mereka bisa mempertahankan prestasinya seperti PON XVII-2008 Kaltim, yakni juga juara umum di PON XVIII-2012 di Riau.
Kaltim dengan total 64 emas hasil Pra PON 2011 dan SEA Games 2011 --sekiranya jumlah medali emas ini masih tetap bisa dipertahankan di PON XVIII-2012 Riau-- maka posisi yang rasional adalah peringkat enam, tujuh atau delapan.Diperkirakan bahwa posisi tiga besar akan berbagi angka masing-masing 100 lebih medali emas dari 555 medali emas yang diperebutkan di PON 2012 Riau, dan 200-an medali akan diperebutkan berbagai kontingen di luar tiga besar itu.
Kaltim meskipun menghadapi tantangan berat namun peluang meraih tiga besar tetap ada, khususnya jika melihat prestasi nasional, misalnya Kaltim menduduki peringkat ke-empat Pra PON 2011 setelah Jatim, DKI Jakarta dan Jateng."Hasil Pra PON meskipun meraih 46 emas namun Kaltim masih di level atas jadi peluang masih terbuka," kata Wakil Ketua II (Bidang Bimbingan dan Prestasi) KONI Kaltim, Ego Arifin.
Ego yang juga Wakil Komandan I Puslatda PON Kaltim itu menjelaskan bahwa upaya meraih tiga besar melalui program Puslatda dengan tujuan agar para atlet peraih emas Pra PON bisa mempertahankan emasnya di PON Riau, sedangkan peraih perak dan perunggu disiapkan untuk meraih prestasi lebih baik agar bisa memberikan kontribusi medali emas. Sebagai mantan pesilat, sudah tentu tidak ingin kalah sebelum bertarung apalagi Kaltim kenyataannya masih memiliki potensi untuk mempertahankan prestasi tiga besar.
Kini, hanya waktu yang akan membuktikan, apakah Kaltim mampu mengoptimalkan potensi itu sehingga bisa meraih target tiga besar atau justru terpuruk?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar