Sabtu, 31 Maret 2012
Sampai Kapan Pesut Mampu Bertahan
T
enggarong - Pada 1980-an, kehadiran kawasan Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) di sekitar Loa Kulu atau Muara Kaman seperti jadi hiburan bagi warga setempat, pasalnya satwa langka itu sering menampakan diri pagi hari atau petang hari menjelang Magrib.
Sampai awal 1990-an, satwa yang biasa berenang dalam formasi ganjil, tiga, lima atau tujuh itu masih terlihat menampakan dirinya meskipun frekuensinya terus menurun.
Kini, melihat kawasan Pesut Mahakam dihabitat aslinya di sepanjang Sungai Mahakam merupakan kesempatan sangat langka, bahkan bisa dikatakan mustahil, jika tidak benar-benar dihampiri Dewi Keberuntungan.
Hal itu menandakan bahwa kondisi mamalia ini dihabitatnya kian terancam. Ada beberapa faktor yang mengancam kelestarian satwa langka itu, antara lain, tingginya tingkat pencemaran dan sedimentasi sungai, kian padatnya lalu lintas air serta terus berkurangnya bahan pangan pesut.
Pesut kini benar-benar bersaing dengan nelayan dalam mendapatkan makanan, makanan utama satwa itu adalah udang dan ikan.
Sedangkan nelayan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan ikan dan udang, mulai dari cara tradisional, sampai menggunakan upaya yang membahayakan lingkungan, misalnya menggunakan racun dan aliran listrik.
Hasil survei oleh peneliti berkebangsaan Belanda, Danielle Kreb bersama Yayasan Konservasi RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia) tahun 2010 diperkirakan jumlah pesut mahakam tak lebih dari 90 ekor.
Bahkan, kini jumlah tersebut dipastikan berkurang, pasalnya sebulan lalu (Sepetember) seekor pesut gagal bertahan hidup akibat tak sengaja terjaring oleh nelayan di kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Kejadian tersebut merupakan salah satu faktor semakin kurangnya jumlah pesut, belum lagi akibat terganggunya habitat oleh lalu-lintas perairan sungai Mahakam yang makin ramai maupun pencemaran air, erosi, dan pendangkalan sungai akibat aktifitas manusia di hutan sepanjang tepi Mahakam.
Padahal sekitar tahun 1990-1996 kawanan pesut kerap terlihat di perairan Loa Kulu, pada pagi dan sore hari.
Setelah tahun 1997 penulis tak pernah melihat mamalia air berwaran abu-abu itu muncul di perairan mahakam dikawasan Loa Kulu.
Berhasil Abadikan
Hingga tahun ini, tepatnya Minggu (23/10) pagi di perairan wilayah kecamatan Muara Kaman, akhirnya wartawan ANTARA berhasil mengabadikan mamalia mahakam yang unik tersebut.
Sekitar pukul 09.30 wita, pesut terlihat menuju keluar sungai kedang rantau (anak sungai mahakam di Muara Kaman) menuju sungai Mahkam. Saat itu bersama Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Kabupaten Kukar Sri wahyuni, dan fotografer majalah Lionmag dari Jakarta serta Innal Rahman seorang relawan Yayasan Konserfasi RASI dari Tenggarong sebenarnya ingin menuju wilayah konservasi sumberdaya alam Kaltim di Kedang Rantau Mauara Kaman.
"Padahal tujuan utama kami ke wilayah konservasi di kedang rantau untuk hunting (berburu.red) foto flora dan fauna. Alhamdulillah ketemu pesut, ya kita ikuti aja ambil gambarnya ini momen langka," ujar Sri yang saat itu juga membawa kamera foto profesionalnya saat diperahu long boat.
Dengan menggunakan long boat, tim fotografer yang diketuai Sri langsung mengikuti kawanan pesut yang bergerak keluar sungai kedang rantau menuju Mahakam.
Sekelompok pesut itu berjumlah tak kurang dari lima ekor. Sesekali hewan yang bernafas menggunakan paru-paru itu muncul kekepermukaan untuk menghisap udara melalui lubang diatas kepala bulatnya.
Kesempatan itulah yang dimanfaatkan untuk mengambil gambarnya. Tapi tim kesulitan mendapatkan gambar bagus karena waktu dan titik munculnya pesut kepermukaan susah ditebak. Apa lagi ditengah hujan deras dan angin kencang, sehingga gerak fotografer terbatas akibat melindungi kamera dari air hujan.
Terlebih perairan yang ramai dengan perahu ketinting, membuat ferkuensi munculnya pesut kepermukaan semakin jarang. Usaha mengikuti pesut untuk mengambil gambar diakhiri hingga di muara anak sungai bukit jering, karena dipersimpangan tersebut kawanan pesut tak terlihat lagi.
Jam ditangan menunjukkan pukul 12.00 wita, berarti sekitar dua jam setengah tim mengikuti pesut berusaha mengabadikan kesempatan langka berjumpa pesut tersebut.
Dari pantauan tersebut perilaku pesut dapat dilihat, kawanan pesut menuju ketengah sungai lalu bergerak cepat muncul ketepian, dengan membentuk formasi tiga ekor didepan dan dua lainnya mengikuti dibelakang. Yang paling depan terlihat lebih besar, kira-kira panjangnya kurang lebih dua meter. Kawanan pesut bergerak ketengah lalu ketepian sungai itu beberapa kali terlihat.
"Mungkin saja mereka (kawanan pesut.red) sedang berburu mangsa, mereka menggiring ikan kecil dari tengah menuju tepi sungai untuk dimakan," terang Innal usai tim kehilangan kawanan pesut tersebut.
Setelah kehilangan kawanan pesut itu kami melanjutkan perjalanan menuju kawasan konservasi kedang rantau.
Sekedar untuk diketahui bahwa panjang tubuh pesut dewasa bisa mencapai 2,3 meter dengan berat maksimal 130 kg. Tubuh Pesut berwarna abu-abu atau kelabu sampai biru tua dengan bagian bawah berwarna lebih pucat.
Bentuk badan pesut hampir mendekati oval dengan sirip punggung mengecil dan agak ke belakang. Kepala pesut berbentuk bulat dengan mata yang berukuran kecil. Mulutnya lebar melintang di bagian moncong yang tak berparuh seperti lumba-lumba, diatas kepalanya terdapat lubang pernafasan.
Pesut bernafas dengan mengambil udara di permukaan air. Mamalia ini juga bisa menyemburkan air dari mulutnya. Pesut bergerak dalam kawanan kecil. walaupun pandangannya buruk dan hidup dalam air yang mengandung lumpur, namun pesut memiliki kemampuan mendeteksi dan menghindari rintangan dengan menggunakan gelombang ultrasonik.
Hanya Patung Pesut
Mungkinkah berjumpa dengan pesut ini lima atau sepuluh tahun kedepan? belum ada kepastian tentang itu.
Apalagi melihat aktifitas disepanjang tepian sungai mahakam yang luar biasa. Berapa gunung dan daratan yang di keruk, dan bongkahan arang bernilai tinggi itu diangkut menggunakan tongkang raksasa melintasi Mahakam yang merupakan habitat hewan yang manjadi maskot kota Samarinda dan bahkan salah satu maskot PON ke XVII Kaltim itu.
Apakah nanti hanya boneka, patung atau gambar hewan melegenda itu yang bisa kita tunjukkan pada anak cucu kita?
Semoga pemerintah dan warga sepanjang alur Mahakam terus bisa memanfaatkan sungai dan lingkungannya dengan arif dan tetap peduli dan memberi perhatian lebih terhadap lingkungan sekitar agar lingkungan beserta makhluk hidup didalamnya bisa terjaga dan lestari.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar