Sabtu, 28 Juni 2014
Cerpen - bukan cari ocehan
Panas Jakarta memang luar biasa, matahari seperti di ubun-ubun, saat memikirkan nikmat es kelapa muda, ternyata ada warung jus buah di sebuah sudut Kwitang Jakarta, "orang baik, selalu diberi berkah" batinku sambil langsung mencari tempat duduk dekat kipas angin yang tergantung di tengah warung serta pesan es degan. Tak berapa lama masuk dua gadis yang dari penampilannya seperti anak kuliahan, "mending Prabowo, orangnya tegas, biar Malaysia tidak seenaknya, jangan sampe kasus hilangnya Pulau Sipadan terulang lagi," ujar gadis baju merah sambil tampak sibuk on line di gadgetnya. "Klo gua sih Jokowi aja, orangnya sederhana dan merakyat", ujar temannya yang cukup manis namun wajahnya penuh jerawatan. "Lu sih gak mikir, klo diye jadi presiden, anak-anak sekolah gak serius belajar, habis ada foto lucu di gantung depan kelas, klo Prabowo kan duren, siapa tahu ada jodoh," keduanya langsung tertawa, sayapun ikut tersenyum tak sengaja dengar obrolan mereka "Mang, pilih siapa," ujar si baju merah kepada pemilik warung saat mengantarkan minuman jus pesanan mereka, "Neng, hati-hati ngomong, kemarin karena canda seperti itu, kemarin dua pemuda berantem di depan," ujar pemilik . warung. Gara-gara candaan gadis tersebut, pemilik warung pindahkan kursinya mendekatiku, "bapak dari mana? ". "Dari Kalimantan Mang,"."klo di Jakarta, hati-hati ngomong masalah itu, bener kemarin karena omongan, dua pemuda berantem di depan. Heran, dibayar kagak, tapi bela mati". "Mungkin karena, orang-orang atas sono, bukan bersaing program tapi saling fitnah, mencari-cari kesalahan orang lain, rakyatpun ikut-ikutan bodohnya, bela sampe mati, padahal siapapun jadi presidennya, kite gini-gini aje". Entah dengar atau tidak dua gadis tersebut tampak sibuk dengan gadgetnya masing-masing. "Kite merantau ke sini cari makan bukan cari ocehan," lanjut penjaga warung meneruskan petuahnya yang tidak jelas ditujukan untuk siapa. "Sama mang, saya datang ke sini cuma cari es kelapa muda," ujarku yang ternyata terdengar lucu bagi dua gadis tersebut sehingga mereka kembali tertawa, akupun bergegas menyodorkan uang sepuluhuan ribu membayar es degan dan langsung cabut ketimbang mendengar petuah politik sang penjual jus buah...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar